Drama perlawanan terhadap PM Samoa

Talalelei Pauga, pria yang melemparkan kepala babi dan makanan anjing ke PM Samoa, Tuilaepa Dr. Sa'ilele Malielegaoi. - Samoa Observer/ Samoa Observer
Talalelei Pauga, pria yang melemparkan kepala babi dan makanan anjing ke PM Samoa, Tuilaepa Dr. Sa’ilele Malielegaoi. – Samoa Observer

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Oleh Mata’afa Keni Lesa

Read More

Berbagai macam hal terjadi di Samoa akhir-akhir ini. Untuk negara sekecil ini, benar-benar tidak ada momen yang membosankan.

Dengan manuver politik terbaru di dalam parpol Human Rights Protection Party (HRPP) yang berkuasa, dan perkembangan terbaru di dunia hukum dan peradilan selama beberapa hari terakhir, berbagai situasi di Samoa semakin memanas.

Keresahan yang melingkupi disebabkan oleh tidak adanya ‘bom atom’ dalam waktu dekat – jika ada, semua perkembangan yang kontroversial ini dapat memicu dan menyebabkan sesuatu untuk drastis untuk terjadi – yang mungkin akan kita sesali di kemudian hari. Tapi, tentu saja ada perasaan gelisah; hal ini tidak bisa dibantah.

Kita mengungkapkan hal ini karena, jika, sebagai orang Kristen, kita percaya bahwa tidak ada satu pun hal yang terjadi dalam hidup ini yang merupakan kecelakaan, maka kita harus mengerem sejenak untuk mencari makna sebenarnya di balik berbagai perkembangan ini. Apa yang sedang mereka sampaikan kepada kita? Pelajaran apa yang bisa kita ambil darinya? Dan mengapa hal-hal ini bisa terjadi?

Pasti ada alasan di balik kegilaan ini. Teman-teman, hal-hal seperti ini tidak terjadi begitu saja. Pasti ada beberapa peristiwa yang bereskalasi menjadi apa yang kita saksikan hari ini, jadi kita memiliki perasaan bahwa sesuatu pasti akan segera terjadi, di suatu tempat. Dan ini bukan mempertanyakan apakah hal itu akan terjadi; pertanyaannya adalah kapan dan bagaimana?

Seberapa-pun kuatnya ia di pandangan orang-orang, Perdana Menteri Samoa, Tuilaepa Dr. Sa’ilele Malielegaoi, telah menunjukkan ketakutannya, mungkin ini menjelaskan berbagai hal yang telah ia lakukan dan katakan belakangan ini.

Ketakutan apa yang ia rasakan? Ya, ia takut akan kemungkinan mesin politik yang dipanggil HRPP itu untuk runtuh.

Bagaimana kita bisa tahu? Karena dia mengatakannya sendiri.

Perdana Menteri Samoa mengeluarkan satu anggota partainya

Saat PM Tuilaepa menjabarkan keputusan partai itu untuk, secara paksa, menendang seorang anggota setianya, La’auilalemalietoa Leuatea Polata’iva, PM mensinyalir bahwa ia ingin menggunakan keputusannya mengenai La’auli, sebagai peringatan bagi anggota partai lainnya yang juga berpotensi untuk memberontak.

“Jika kita tidak melakukan hal itu sekarang, ini akan menjadi awal kehancuran partai ini, karena orang lain akan berkata; mereka tidak melakukan apa-apa kepadanya jadi saya juga bisa mencobanya,” aku Tuilaepa pekan lalu.

Kenyataannya adalah, sulit sekali membayangkan mesin yang dipelihara dengan baik, seperti HRPP, dapat rusak. Bahkan, lebih sulit lagi untuk menyaksikan kejatuhan ini terjadi pada anggota partai satu-satunya yang mengungkapkan pandangan berbeda dari parpolnya, seperti yang terjadi dengan La’auli.

Tetapi seperti kata-kata terkenal, perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah. La’auli mungkin sendiri untuk saat ini, tetapi siapa yang tahu bahwa ini bukanlah awal yang baru?

Mungkin itulah sebabnya mengapa PM Tuilaepa bersikeras untuk memastikan anggota partai lainnya mengerti, bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menguji kekuasaannya. Ia telah menjabarkan semua alasannya, termasuk perjanjian mereka, untuk menjelaskan keputusannya ini.

“Kita memiliki perjanjian, perjanjian tertulis,” jelasnya. “Sebelum menjadi anggota partai, kita memiliki perjanjian dimana kita harus menjanjikan kesetiaan kita kepada partai. Perjanjian itu adalah komitmen bahwa Anda tidak akan melakukan apa pun untuk merugikan partai HRPP. Jadi, begitu Anda melakukan sesuatu yang merugikan partai, Anda telah membuat sendiri keputusan Anda.”

Ia melanjutkan: “Ketika hal-hal yang berkaitan dengan Konstitusi diangkat, ketika amendemen diperlukan, tidak ada anggota partai yang diizinkan (untuk menentang posisi partai). Di sinilah perjanjian ini masuk.”

“Peraturan (HRPP) ini berlaku saat subjek diskusi dan amendemen adalah Konstitusi. Itulah sebabnya, jika Anda memutuskan untuk memilih melawan pendirian partai, itu adalah cara Anda secara resmi, untuk memberi tahu HRPP bahwa Anda ingin keluar dan tidak ingin lagi terlibat. Itulah yang sebenarnya terjadi.”

Menarik. Memang perkembangan ini sangat menarik. Ke arah mana episode ini akan bergerak? Kita hanya bisa menunggu dan melihat.

Perlawanan terhadap PM semakin kelihatan

Masalahnya bagi pemerintah – dan PM Tuilaepa – adalah bahwa serangan itu tidak hanya datang dari dalam, ada semakin banyak orang – terutama orang-orang Samoa yang tinggal di luar negeri – yang begitu berani dan mulai bangkit dan mengungkapkan pendapat mereka.

Salah satu dari mereka bahkan berani melemparkan kepala babi dan makanan anjing kepada PM, saat ia memberikan sambutan di acara peluncuran Samoa Airways di Brisbane baru-baru ini. Di Samoa minggu ini, Talalelei Pauga diberikan kesempatan untuk menjelaskan tindakannya, dan apa yang ia katakannya cukup jelas.

“Pendekatan saya adalah secara politik, dan alasan mengapa saya menggunakan kepala babi, karena ia menyebut masyarakat di negara saya sebagai babi yang bau,” katanya.

“Dia juga menyebut orang-orang kita anjing, dan sebagainya. Jika Anda tidak menghormati rakyat, mengapa saya harus menghormati Anda?”

Pauga kemudian melanjutkan dengan berkata, “saya tidak takut dan saya bersedia mati untuk rakyat”. Yah, ini mungkin terlalu berlebihan, bukan?

Tetapi mungkin kejadian ini dan pembenarannya menunjukkan betapa dalamnya perasaan, mengenai perkembangan politik terbaru di Samoa akhir-akhir ini.

Berbicara tentang respons yang berlebihan, satu lagi terjadi Jumat dua pekan lalu, ketika polisi menggugat seorang pria yang lebih dikenal sebagai ‘King Faipopo’, karena diduga memfitnah dan membuat pernyataan palsu melalui blog dan media daringnya mengenai PM Tuilaepa.

Malele Paulo (nama asli ‘King Faipopo’) yang berdomisili di Australia, datang ke Samoa untuk menghadiri pemakaman ibunya, ketika ia dijemput oleh polisi dan digugat. Dia menghabiskan waktu satu malam di tahanan, sebelum akhirnya dibebaskan setelah menyerahkan paspornya kepada pihak berwenang.

Paulo akan menjadi orang pertama yang didakwa di bawah UU Criminal Libel Act yang diperkenalkan kembali oleh PM Tuilaepa sendiri, tahun lalu. (Samoa Observer)

 

Editor: Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply