Papua No.1 News Portal | Jubi
Portapique, Jubi – Sedikitnya 13 korban dilaporkan tewas, termasuk seorang polisi, setelah seorang pria bersenjata mengamuk di Nova Scotia, Kanada, Minggu (19/4/2020) waktu setempat. Tragedi selama 12 jam tersebut menjadi aksi pembunuhan massal tersadis dalam 30 tahun sejarah di Kanada.
Pihak kepolisian setempat mengungkapkan pelaku, Gabriel Wortman, yang berprofesi sebagai dokter gigi muncul dengan berseragam polisi. Pria berusia 51 tahun itu juga berupaya menyamarkan mobilnya sehingga mirip kendaraan polisi.
“Wortman menembaki orang-orang di sejumlah lokasi di Provinsi Atlantik. Dia telah membunuh sedikitnya 13 orang,” kata Kepala Royal Canadian Mounted Police (RCMP) Nasional Brenda Lucki kepada Canadian Broadcasting Corp, seperti dikutip Reuters.
Polisi berhasil menghentikan aksi Wortman, yang kemudian tewas tersebut. Sejauh ini, belum terkonfirmasi apakah kematian tersangka akibat tembakan petugas. Namun, seorang pejabat RCMP, yakni veteran Heidi Stevenson turut menjadi korban Wortman.
Menurut polisi, tidak ada kaitannya Wortman dengan para korban. Mereka juga belum mengetahui motivasi pelaku.
Penembakan massal tersebut menjadi yang tersadis di Kanada, setelah aksi pembantaian terhadap 15 perempuan oleh pria bersenjata di Montreal pada Desember 1989. Penembakan massal jarang terjadi di Kanada karena aturan kepemilikan senjata api di sana lebih ketat ketimbang Amerika Serikat.
“Hari ini menjadi paling menyedihkan bagi Nova Scotia. Kejadian ini akan terus teringat di tahun-tahun mendatang,” kata Lee Bergerman, Komandan RCMP di Nova Scotia.
Polisi mendapat laporan mengenai pembunuhan oleh Wortman pada Sabtu malam, waktu setempat. Kejadiannya di sebuah rumah di kota pesisir Portapique, sekitar 130 kilometer utara ibu kota provinsi, Halifax.
Beberapa bangunan di kota itu terbakar saat polisi terlibat bakutembak dengan Wortman. Penyelidikan kemudian menemukan bahwa pelaku juga membunuh orang di sejumlah lokasi lain.
“Faktanya bahwa seseorang ini (pelaku) memiliki seragam dan mobil polisi. Itu menunjukkan bahwa ini bukan aksi tidak disengaja (terencana),” kata Chris Leather, petugas operasi kriminal RCMP Nova Scotia. (*)
Editor: Aries Munandar