Papua No.1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan tidak melanjutkan program pengadaan pelantang suara atau toa sebagai program early warning system bencana banjir di Jakarta.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menilai peringatan dini banjir melalui toa tidak efektif.
“Program pengadaan alat peringatan dini, toa kini sudah dibatalkan. Hal itu karena terjadi refocusing anggaran untuk dialihkan dalam penanganan Covid-19,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Muhammad Insaf, Senin (10/8/2020).
Baca juga : Hujan semalam, gedung di RSCM Jakarta tergenang
BPBD Jakarta siarkan peringatan dini
Ketinggian air laut di pesisir Jakarta status siaga 3
Menurut Insaf hasil evaluasi menyebutkan program toa sebagai peringatan dini banjir tidak berjalan efektif. Pihaknya akan mengkaji lebih lanjut soal rencana ke depan untuk menggantikan toa sebagai peringatan dini banjir.
“Dari hasil evaluasi program ini tidak berjalan efektif dan bukan early warning system, karena sistem itu seharusnya berisi informasi yang jelas seputar peringatan dini banjir,” kata Insaf menambahkan.
Pada awal tahun ini Pemprov DKI berencana menambah enam set disaster warning system (DWS) untuk peringatan dini bencana pada tahun ini.
Berdasarkan penelusuran dari laman apbd.jakarta.go.id. DKI juga menganggarkan peringatan bencana pada tahun ini sebesar Rp4,3 miliar. Angka Rp4,3 miliar itu masuk dalam Program Pengelolaan Risiko Bencana. Di dalamnya terdiri dari kegiatan Pemeliharaan dan Pengembangan Pusat Data dan Informasi Kebencanaan (DIMS, EWS, Medsos dan Call Center 112).
“Ini bukan early warning system, ini toa,” kata Anies dalam video yang diunggah pada Jumat pekan lalu.
Dalam rapat tersebut diketahui bahwa Jakarta memiliki 24 Disaster Early Warning System (DEWS) di 14 kelurahan di Jakarta. Alat tersebut merupakan hibah dari Jepang. Namun, menurut Anies, alat tersebut tidak relevan digunakan di Jakarta karena Jepang menggunakan itu sebagai peringatan dini tsunami.
Padahal, pada awal tahun ketika terjadi banjir di Jakarta, Anies sempat meminta petugas kelurahan untuk keliling kampung menggunakan toa atau pelantang suara sebagai bentuk sistem peringatan dini bencana. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi faisol