Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Musisi dan salah satu pendiri kelompok musik Mambesak, Demianus Wariap Koerni meninggal dunia karena sakit di Deventer, Belanda pada Minggu (20/6/2021). Personil Mambesak, Constantinopel Ruhukail dan putra mendiang Arnold Ap, Oridek Ap menyampaikan rasa duka cita mereka kehilangan salah satu musisi terbaik Papua.
Personil Mambesak Constantinopel Ruhukail mengenang Demianus Wariap Koerni sebagai penyanyi Mambesak yang selalu bernyanyi dengan hati. Ruhukail mengingat, Arnold C Ap sang pendiri Mambesak juga memuji kepiawaian Koerni menyanyikan lagu rakyat berbahasa Ekari, masyarakat adat di Kabupaten Paniai, Papua, yang berjudul “Domi Douw”.
“Dalam percakapan itu, Arnold C Ap berkata, ‘Napi, kau bernyanyi sambil menikmati lagu itu. Seolah-olah Napi sedang berada di tepi Danau Paniai’,” kata Ruhukail menceritakan kembali percakapan itu kepada Jubi pada Rabu (23/6/2021).
Baca juga: Menapaki jalan Mambesak: Memikirkan gerakan kebudayaan rakyat Papua (bagian 1/2)
Ruhukail mengatakan Mambesak mengajarkan bagaimana rasa cinta dan memiliki terhadap Bumi Cenderawasih ini. “Tidak pandang ko orang pulau, ko orang pantai, ko orang gunung atau ko orang lembah, ko orang sungai dan danau, kitong semua sama-sama orang Papua,” katanya.
Menurut Ruhukail, kecintaan terhadap Papua itulah yang diperlihatkan mendiang Koerni saat menyanyikan “Domi Do” yang berlirik bahasa Ekari. “Artinya, walaupun dia orang Byak, tetapi dia menghargai sesama suku orang Papua. Rest in peace Mr DW Koerni di Belanda,” kata Ruhukail.
Putra mendiang Arnold C Ap, Oridek Ap mengatakan orang Papua kembali berduka karena kehilangan salah seorang pendiri kelompok musik Mambesak. “Kami telah kehilangan orang tua, Mr Demianus Wariap Koerni. Dia adalah anggota pendiri grup Mambesak [yang] legendaris di Papua Barat. Dia adalah teman seperjuangan ayah saya, mendiang Arnold C Ap yang juga penggagas Mambesak,” kata Oridek Ap kepada Jubi, Senin (20/6/2021).
Baca juga: Menapaki jalan Mambesak: Memikirkan gerakan kebudayaan rakyat Papua (2/selesai)
Oridek mengatakan setelah pasukan Indonesia membunuh ayahnya, Arnold Ap, di Pantai Base G, Kota Jayapura, pada 1984, Koerni selalu membantu keluarga Arnold Ap untuk bisa bertahan hidup di pelarian. “Saya dan saudara-saudara saya terlalu muda untuk memahami kepergian ayah kami. Tetapi kami ingat bagaimana Mr Demianus Wariap Koerni membangun rumah kami di kamp pengungsian Black Wara,” kata Oridek.
Oridek mengenang Koerni sebagai sosok pengganti ayah yang mendidik dirinya dan adik-adiknya. “Engkau telah melindungi kami ketika kami masih kecil. Ibu selalu mengingatkan kami tentang kebaikan Paman Demianus Wariap Koerni. Kau mengajarkan kami tentang warisan budaya kami, kau mengajarkan kami untuk bangga dengan siapa kami,” katanya.
Lebih dari itu, Oridek juga mengenang Koerni sebagai teman seperjuangan ayahnya, berkarya untuk membangkitkan rasa bangga bangsa Papua yang tengah terluka. “Setelah pembantaian Wamena dengan Operasi Koteka pada tahun 1977, saat itu sangat gelap di Papua Barat. Saat [itu terasakan] tidak ada harapan. Akan tetapi, mereka membuat tegak, mengatur kelompok Mambesak untuk melestarikan identitas Papua melalui musik dan seni,” kata Oridek. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G