Dana untuk Buta Aksara Papua Rp30-40 Miliar

Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Papua, Elias Wonda. (Jubi/Alex)
Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Papua, Elias Wonda. (Jubi/Alex)

Jayapura, Jubi – Untuk menurunkan tingginya angka buta aksara di wilayah paling Timur di Indonesia, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Papua menyiapkan dana sebesar Rp 30-40 miliar. Dimana dana itu diambil dari 30 persen dana yang diperuntukan untuk pendidikan.

“Dana untuk menuntaskan angka buta aksara, PAUD dan pendidikan dasar itu 10 persen dari 30 persen dana pendidikan. Itu yang dilakukan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Papua. Dan diperkirankan sebesar Rp 30-40 miliar,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Papua, Elias Wonda kepada wartawan, di Kota Jayapura, Papua, Minggu (28/9).

Dijelaskan Wonda, dana 30 persen untuk pendidikan adalah dari 80 persen dana Otsus untuk kabupaten/kota. Dimana dana tersebut diperuntukan untuk buta aksara, PAUD, dan pendidikan dasar mulai dari SD, SMP dan SMA.

“Dana tersebut sekarang ada di kabupaten/kota. Sekarang masing-masing kabupaten/kota harus melihat itu, jangan sampai dananya kurang dari 30 persen,” katanya.

Menurut Wonda, sebenarnya pihakya ingin dana pendidikan itu lebih dari 30 persen. Hal itu untuk menjawab hasil pendidikan di Papua. “Kenapa harus besar, karena memang harus besar,” kata Wonda.

Saat ditanya program apa saja yang dilakukan untuk menurunkan angka buta aksara, ujar Wonda, saat ini masing-masing kabupaten banyak terdapat sekolah-sekolah. Dimana dulunya hanya sekitar 200 sekolah dasar, sekarang meningkat menjadi 300 sekolah.

“Masing-masing daerahkan berjuang terus untuk sekolah. Disamping itu juga dibarengi dengan kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga yang dulunya banyak anak yang belum bisa membaca, lewat kegiatan sekolah banyak anak sudah bisa membaca dan menulis,” katanya.

Menurut Wonda, hal ini bisa dikatakan berhasil karena saat ini jumlag siswa yang mengikuti ujian paket A, B, dan C meningkat.

“Jumlah pastinya saya tidak ingat, tetapi terjadi peningkatak. Itu berarti sudah banyak orang yang bisa membaca dan menulis. Dimana terbukti 2010-2014 telah terjadi penurunan angka buta aksara, dimana dulunya 35 persen, bisa turun lima persen. Muda-mudahan diakhir kepemimpinan gubernur 2018 mendatang bisa turun di angka 10 persen,” kata Wonda.

Meski angka buta aksara di Provinsi Papua tertinggi di Indonesia, yakni 615.977 jiwa (30,93%), Gubernur Provinsi Papua Lukas Enembe yang diwakili oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Papua, Heri Dosinaen, Sabtu (20/9) lalu menerima penghargaan Anugerah Aksara Pratama yang diserahkan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh, dalam rangkaian peringatan Hari Aksara Internasional Tingkat Nasional Ke- 49 di Kendari, Sulawesi Tengara.

Seperti yang dilansir situs Kemendikbud, Hamid Muhammad, Dirjen Pendidikan dan PAUD Kemendikbud menjelaskan, salah satu variabel Gubernur Papua diberikan penghargaan Anugerah Aksara Pratama karena berdasarkan pantauan Kemendikbud terjadi kemajuan dan peningkatan pendidikan di Papua selama pemerintahan Lukas Enembe – Klemen Tinal. (Alexander Loen)

Related posts

Leave a Reply