Mataram, Jubi/Antara – Harga beras di pasar tradisional Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, naik hingga mencapai Rp 11ribu/kilogram untuk jenis beras pelita yang biasanya berkisar Rp 9ribu hingga Rp 9.500/kilogram.
“Kenaikan ini baru terjadi sekitar lima hari terakhir, yang dipicu berkurangnya pasokan beras, terutama kualitas menengah, dan cuaca yang kurang bersahabat,” kata Hj Isah, salah seorang pedagang beras di Pasar Dasan Agung, Kamis (26/2/2015).
Dia mengatakan, musim hujan petani tidak bisa menggiling gabah karena masih basah. Akibatnya beras langka di pasaran dan harganya naik.
Karenanya, Isah kini enggan menjual beras eceran per 10 kilogram seperti biasanya. Apalagi saat ini masyarakat lebih banyak mencari satu karung isi 25 kilogram dengan harga yang lebih murah yakni Rp 255ribu untuk jenis beras pelita.
Hj Isah juga mengatakan, kelangkaan dan tingginya harga beras disebabkan karena adanya beras lokal yang dikirim ke luar daerah yang terkena bencana banjir. “Dari para pengepul kami mendapat informasi itu,” katanya.
Pedagang lain, Ketut, juga mengatakan hal yang sama. Saat ini ia menjual beras jenis C4 seharga Rp 10.500/kilogram. Jika ada yang membeli per karung isi 25 kilogram harganya lebih murah yakni Rp 260ribu.
“Meski harga mahal dan warnanya kuning, tapi banyak warga yang mencari dan membeli satu karung, karena kata mereka rasanya enak dan mereka khawatir jika membeli lagi harganya akan lebih mahal,” katanya.
Kenaikan beras menjadi masalah bagi para ibu rumah tangga karena beras merupakan bahan makanan pokok.
Suryati salah seorang ibu rumah tangga di Mataram berharap agar pemerintah segera mengambil langkah untuk menangani kenaikan harga beras ini. “Selain susah dapat beras yang bagus, harganya juga mahal,” katanya. (*)