Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Marvin Ibo baru lulus di SMP Wahana Cita, Kota Jayapura, Papua dengan nilai sangat memuaskan. Ia ingin melanjutkan ke SMA di luar Papua untuk merasakan tantangan baru dalam menimba ilmu. Ia membidik sekolah di Kota Salatiga, Jawa Tengah.
“Saya ingin tahu pola belajar-mengajar di sekolah yang ada di luar Papua itu bagaimana, sebab selama ini saya hanya mendengar dari cerita teman dan kerabat saja, jadi saya tertantang untuk mencobanya,” ujarnya.
Ibo sudah berencana melanjutkan pendidikan ke SMA di Pulau Jawa, jauh sebelum wabah korona. Karena itu ia tidak surut ketika jadwal tahun ajaran baru dalam kondisi Covid-19 dan mengurus studi ke luar Papua yang menguras waktu dan tenaga.
“Kalau administrasi pihak sekolah sudah membantu, begitu juga dengan surat-surat yang harus dipenuhi sebelum melakukan penerbangan, memang semua itu memakan waktu satu minggu, tapi itu tidak jadi masalah buat saya, sebab sekolah yang saya tuju pun masih mempersiapkan penerimaan murid baru,” ujarnya.
Ibo memperkirakan dalam minggu ini sudah berangkat ke Salatiga untuk mendaftar, sebab sekolah yang ia tuju tidak membuka pendaftaran secara online.
“Kalau nanti tidak diterima di SMA negeri, saya akan mencoba ke SMA swasta, semoga semua rencana saya berjalan dengan lancar,” katanya.
Ibo bertekad, jika pendidikannya berhasil nanti ia akan kembali ke Papua agar bisa memajukan Papua bersama generasi muda lainnya.
Meski dalam kondisi menghadapi wabah korona yang membuat aktvitas belajar ditiadakan di sekolah dan diganti dengan belajar dari rumah, kegiatan formal pendidikan tetap berjalan sesuai jadwal.
Tahun ini sebanyak 38.415 siswa di Papua dinyatakan lulus SMP. Persentase kelulusan 98,12 persen dari 39.153 peserta ujian akhir. Untuk Paket B lulus 2.842 orang atau 92,06 persen dari 3.087 peserta.
Sedangkan siswa SMA, SMK, dan SMALB yang lulus 28.399 atau 98 persen dari 28.973 peserta ujian akhir.
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah Provinsi Papua Christian Sohilait mengatakan, meskipun di tengah pandemi Covid-19, program Afirmasi Pendidikan Mengengah (ADEM) tetap berjalan seperti tahun sebelumnya.
Bahkan tahun ini peserta lulusan SMP yang akan melanjutkan ke berbagai SMA di seluruh Indonesia tersebut naik menjadi 450 orang. Tahun lalu hanya 250 orang.
“Kami sudah mulai melakukan seleksi di 29 kabupaten dan kota yang diperuntukan bagi anak asli Papua saja, jika hasil seleksi sudah ada, akan diverifikasi di provinsi, kemudian dilaporkan ke pemerintah pusat,” katanya kepada Jubi di Jayapura pekan lalu.
SMA tujuan yang paling banyak dipilih peserta berada di Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, dan Jakarta.
“Namun yang terpenting saat ini seluruh peserta harus terdaftar, soal kapan akan berangkat ke sekolah tujuan akan diputuskan pemerintah pusat, mengingat penanganan Covid-19 masih berlangsung sampai saat ini,” ujarnya.
Sedangkan untuk program ADik (Afirmasi Pendidikan Tinggi) atau lulusan SMA melanjutkan ke Perguruan Tinggi, dinas sudah menyiapkan 284 peserta lanjutan dari program ADEM. Mereka saat ini menunggu dibukanya pendaftaran di Perguruan Tinggi yang dituju.
Peserta ADEM, kata Christian, secara otomatis akan melanjutkan ke program ADik, kecuali orang tuanya tidak mengizinkan. Kalau orang tua masih mengizinkan anaknya ikut program pemerintah, maka secara otomatis akan melanjutkan.
Hanya saja sampai saat ini Pemerintah Provinsi Papua masih menunggu informasi dari pusat.
“Ini kan program afirmasi sehingga tidak masalah jika terjadi keterlambatan, intinya mereka bisa diterima dan menjalankan studi dengan baik,” katanya.
Untuk siswa SMP dan SMA di luar program ADik dan ADEM yang ingin melanjutkan studi ke luar Papua, Dinas Pendidikan akan membantu proses administrasi bisa berjalan dengan baik. Termasuk penerbangan dan kapal laut.
“Kami sudah mengeluarkan 40 lebih rekomendasi untuk menolong mereka agar bisa berangkat ke kota tujuan masing-masing, yang jelas saat ini sudah tidak susah, sebab Pemprov Papua sudah membuka jalur penerbangan dan laut meskipun tidak setiap saat,” ujarnya.
Kalau untuk mendaftar ke sekolah atau kampus, kata Christian, langsung dilakukan siswa bersangkutan sesuai keinginan masing-masing.
“Apalagi pendaftaraan saat ini sudah serba online, sehingga tidak terlalu berat,” katanya.
Bagaimana dengan sekolah? Kepala SMKS YPK Paulus Dok V, Kota Jayapura Edwin Telussa mengaku sampai saat ini belum ada lulusan di sekolahnya yang meminta rekomendasi untuk melanjutkan kuliah di luar Papua. Ia menduga karena dipengaruhi wabah Covid-19.
Ia siap membantu setiap lulusan SMKS Paulus yang ingin melanjutkan studi ke luar Papua. Apapun kebutuhan administrasi yang dibutuhkan mereka akan disiapkan, mulai dari meng-upload dokumen hingga menyiapkan persyaratan lainnya.
“Intinya kami coba bantu sebisa mungkin soal pendaftaran, mengingat kondisi saat ini menuntut semua pihak harus bekerja sama, apalagi ini menyangkut masa depan anak-anak Papua,” ujarnya.
Tahun ini 27 siswa, semuanya jurusan Animasi, SMKS Paulus lulus 100 persen. Melihat kondisi sekarang, Edwin berharap lulusan SMKS tidak hanya berpatokan untuk melanjutkan kuliah ke luar Papua, sebab juga ada pilihan di Papua yaitu Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI). (*)
Editor: Syofiardi