Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
Nabire, Jubi – Bupati Kabupaten Nabire, Isaias Douw, mengatakan di gereja tidak ada perbedaan, baik suku, ras, maupun golongan, termasuk di dalam gereja Katolik Paroki Kristus Raja (KR) Nabire.
“Jangan membeda-bedakan suku, ras, dan daerah, tetapi kita adalah satu iman dan hendaklah membangun gereja dengan persatuan iman yang kuat dan kokoh,” kata Bupati Douw, saat meresmikan gereja Kristus Raja, Minggu (25/11/2018).
Dikatakan Bupati Douw, perbedaan hendaknya dirangkai dengan saling menghargai, menghormati dalam meningkatkan pembinaan dan pembangunan dalam bidang kerohanian di Nabire khususnya gereja Kristus Raja.
Perbedaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya meningkatkan landasan iman dan spiritual yang kokoh bagi keberhasilan pelaksanaan pembangunan itu sendiri.
“Dengan demikian manusia sebagai subyek pembangunan akan mampu menempatkan diri dalam keselarasan dan keseimbangan hidup, antara sesama manusia di tengah masyarakat serta alam sekitarnya,” katanya.
Disamping itu, lanjut Douw, kondisi ini juga akan mempengaruhi dalam membinan iman dan kerukunan hidup antar umat beragama. Karena dengan terciptanya kerukunan beragama tentunya akan semakin meningkatkan peran serta umat beragama dalam membangun bangsa termasuk dalam upaya mengatasi persoalan agama.
Dengan diresmikannya gedung gereja Kristus Raja, Bupati Douw berharap umat semakin bersemangat dan rajin dalam meningkatkan iman kepada Tuhan dan semakin bersemangat pula dalam mengambil kegiatan dalam pelayanan gereja.
Gereja sebagai tempat memuliakan Tuhan mestinya dijadikan sebagai tempat membangun persaudaraan sesama umat Katolik maupun sesama umat lainnya.
“Maka saya mengajak seluruh umat dan kita semua untuk selalu berusaha menciptakan persatuan dalam kombas, kring, dalam gereja, serta di tengah-tengah masyarakat,” harapnya.
Wakil Ketua Panitia Pembangunan Gereja Kristus Raja, Alex Manibui, mengatakan setelah gedung lama diguncang gempa pada tahun 2004, dua tahun kemudian pembangunan gedung baru mulai dirancang. Peletakan batu pertama dilakukan dua tahun kemudian, yakni 25 Mei 2008 oleh Uskup Philip Saklil, yang saat itu pastor parokinya adalah alm. Pater Nato Gobai, Pr.
“Pembangunan ini dimaksud untuk dapat menampung umat Katolik paroki Kristus Raja yang semakin hari semakin bertambah,” jelasnya.
Dijelaskan Manibui, jumlah umat Katolik di gereja Kristus Raja Nabire saat sebanyak 2.772 jiwa dengan 656 kepala keluarga (KK), yang tersebar di 13 kombas (kring) dan lima stasi.
“Pembangunan gereja ini menelan biaya sekitar Rp 14 miliar, yang diperoleh dari perpuluhaan, sumbangan umat, jemaat, dan pemerintah daerah,” jelasnya. (*)