Bupati Jayapura : setelah pandemi, KBM tetap berbasis daring

papua, KBM, daring, jayapura
Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw saat mengunjungi salah satu sekolah di hulu atas Distrik Airu. Jubi / Engel Wally

Papua No.1 News Portal

Sentani,JubiKegiatan belajar mengajar (KBM) berbasis daring ( dalam jaringan/ online ) tetap menjadi pilihan Pemerintah Kabupaten Jayapura, selain mengantisipasi pandemi Covid-19 di kalangan anak sekolah, tetapi juga untuk meningkatkan mutu pendidikan kearah yang lebih baik.

Bupati Jayapura Mathius Awoitauw mengatakan, untuk satuan pendidikan pada tingkatan Sekolah Dasar dapat diatasi karena berada di setiap Kampung. Tetapi pada tingkat SMP hingga SMA tentunya membutuhkan fasilitas memadai seperti jaringan internet.

Read More

“ Setelah pandemi mungkin daerah lain menerapkan tatap muka dalam proses pendidikan, tetapi di Kabupaten Jayapura tetap menggunakan sistem Daring. Rata-rata SMP dan SMA berada jauh dari kampung-kampung, fasilitas internet adalah solusinya,” ujar Bupati Awoitauw saat ditemui di Sentani. Rabu (7/10/2020).

Dia juga mengakui, ada sebagian tempat pada daerah pemerintahannya yang memiliki topografi wilayah yang sulit terjangkau dengan fasilitas umum, seperti kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua, dampaknya kepada pengeluaran anggaran yang cukup besar.

“ Daripada sulit ke kota, fasilitas penunjang ( jaringan internet) yang harus disediakan di sana, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan maupun keptingan umum lainnya,” .

Kampung-Kampung di Distrik Airu, katanya, masih terisolasi dari fasilitas moderen seperti saat ini. Dinas terkait sudah diperintahkan untuk segera mengejar ketertinggalan itu, dengan penyediaan fasilitas penunjang di masing-masing kampung.

“ Kampung Pagai, Naira, muara Nawa masih menjadi bagian dari daerah ini. sehingga harus diberikan perhatan serius kepada mereka,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua PGRI Kabupaten Jayapura, Jimmy Fotowin mengungkapkan tenaga pengajar di sejumlah Kampung di Distrik Airu hingga saat ini belum leluasa mengakses fasilitas internet. Untuk memenuhi semua kebutuhan hidup serta kebutuhan sekolah, harus keluar dari kampung dengan pengeluaran anggaran yang tidak sedikit.

“ Carter kendaraan dari kota sampai kampung Pagai 4 juta Rupiah, dari Pagai ke kampung Naira satu juta Rupiah, sementara dari Naira ke Pagai tiga juta Rupiah. Kalau ditotal bisa sampai 5-8 juta, kalau pulang pergi bisa mencapai belasan juta rupiah,” ungkapnya. (*)

Editor: Syam Terrajana

Related posts

Leave a Reply