Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Bupati Jayapura, Mathius Awotauw, mengatakan terkait instruksinya untuk membunyikan sirene kendaraan, lonceng gereja, dan lain-lain besok malam (16//20200 pada pukul 21.00 WP, hanya merupakan sebuah tanda untuk mengingatkan masyarakat bahwa 16 Maret 2019 lalu, telah terjadi bencana banjir bandang yang luar biasa.
Selain itu, kata dia, akan ada penggunaan pita hitam di lengan baju. “Itu hanya tanda saja, bahwa kita pernah dilanda banjir bandang yang luar biasa. Untuk apa kita berkabung lama-lama?” ujar Bupati Awoitauw, di Sentani, Minggu (15/3/2020).
Menurutnya peristiwa banjir bandang setahun lalu yang banyak menelan korban jiwa, harta benda, bahkan telah menjadikan Kota Sentani lumpuh total, tidak boleh terulang lagi.
“Itu berarti masyarakat harus sadar dan menjaga lingkungan alam sekitarnya dengan baik, hal ini yang akan meminimalisir terjadinya bencana seperti tahun lalu,” jelasnya.
Bupati Jayapura juga mengajak seluruh komponen masyarakat, untuk menghadiri acara peringatan satu tahun terjadinya bencana banjir bandang serta naiknya muka air Danau Sentani, pada 16 Maret 2020, di Kantor Bupati Jayapura di Sentani dan di sejumlah titik yang mengalami musibah.
Sementara itu, Ketua Forum Kota (Frokot) Sentani, Deniks Felle, mengingatkan agar pemerintah tetap konsisten dengan apa yang telah disepakati di hadapan Presiden Jokowi, terkait penanganan daerah kepada para korban pascabencana banjir bandang dan naiknya muka air Danau Sentani.
“Baru setahun yang lalu, kawasan cagar alam masih kita lihat ada aktivitas masyarakat di atasnya, setiap hari masih ada api dan asap di sana. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan,” katanya. (*)
Editor: Kristianto Galuwo