Papua No.1 News Portal | Jubi
SETAHUN sekali Syaiful mengadu peruntungan dengan menjual umbul-umbul dan Bendera Merah Putih. Dia memanfaatkan momentum Hari Kemerdekan Indonesia, yang diperingati setiap 17 Agustus.
“(Pada tahun ini) saya berjualan sejak 1 Agustus. Pas 17 Agustus nanti, baru tidak lagi jualan,” kata Syaiful kepada Jubi, kemarin.
Syaiful menggelar dagangannya di Jalan Raya Sentani, Kabupaten Jayapura. Bendera maupun umbul-umbul yang dijualnya berbahan nilon dan didatangkan dari Bandung, Jawa Barat. Harganya jualnya bervariasi, bergantung ukuran.
Bendera berukuran 90 x 60 sentimeter dijual Syaiful seharga Rp30 ribu sebuah, dan ukuran 120 x 80 sentimeter seharga Rp60 ribu sebuah. Adapun umbul-umbul seharga Rp30 ribu sebuah.
Hasil jerih payahnya berdagang saat ini, tidak seberuntung pada tahun lalu. Lantaran pandemi Covid-19, antusiasme warga dalam membeli dagangan Syaiful menurun drastis.
Setiap hari, Syaiful memboyong sekitar 3-4 lusin bendera dan umbul-umbul. Namun, tidak semua dagangan ludes terjual. Omzetnya pun anjlok jika dibandingkan dengan tahun lalu.
“Pada tahun lalu pendapatan dalam sehari bisa mencapai Rp700 ribu, sekarang mendapat Rp200 ribu saja sangat susah. Ini mungkin karena wabah korona (sehingga Perayaan 17 Agustus kurang semarak),” jelasnya.
Syaiful bukan satu-satunya pedagang umbul-umbul dan Bendera Merah Putih di Sentani. Ada banyak penjual lain menggelar dagangan serupa di sepanjang pinggiran jalan protokol di ibu kota Kabupaten Jayapura tersebut.
Nasib mereka juga sama. Pemasukan seakan tersumbat oleh pandemi Covid-19.
“Warga maupun (perkantoran) pemerintah kampung dan distrik biasa sering membeli (bendera dan umbul-umbul) dari saya. Sekarang, sepi,” kata Rinal, yang berjualan tidak jauh dari lokasi Syaiful.
Rinal setiap hari bisa mengantongi sekitar Rp700 ribu hingga Rp950 ribu dari hasil penjualan bendera dan umbul pada tahun lalu. Senasib dengan Syaiful, nilai omzetnya pun terjun bebas pada tahun ini.
Berdasarkan pemantauan Jubi, pemasangan bendera dan umbul-umbul menjelang 17 Agustus di Sentani tidak seramai pada tahun lalu. Tidak semua lokasi dan pusat perdagangan memasangnya. Rencana pergelaran aneka perlombaan atau permainan rakyat pun tidak terdengar informasinya. (*)
Editor: Aries Munandar