Bencana itu akibat kudeta oleh kelompok Al-Houthi.
Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
New York, Jubi– Wakil Tetap Yaman untuk PBB, Abdullah Ali As-Saadi, mengatakan bencana kemanusiaan di Yaman telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Bencana itu akibat kudeta oleh kelompok Al-Houthi.
“Hal ini karena milisi gerilyawan Syiah tersebut melakukan penjarahan terhadap lembaga-lembaga Negara,” kata Abdullah Ali As-Saadi, ketika berpidato di Markas PBB di New York pada Sabtu (1/2/2019).
Menurut dia, anggota milisi Al-Houthi bahkan menghalangi tugas organisasi bantuan kemanusiaan serta menyerang pegawai mereka dan gudang bantuan. Ia mencontohkan perbuatan terbaru Al-Houthi, yaitu mencuri bantuan pangan dan mengebom penggilingan gandum di Al-Hudaydah.
Gerilyawan Al-Houthi menguasai Al-Hudaydah saat faksi lain Yaman yang didukung koalisi pimpinan Arab Saudi berusaha memulihkan pemerintah yang diakui masyarakat internasional bertebaran di pinggir kota pelabuhan tersebut.
Kegagalan mereka untuk menarik petempur dari kota tersebut, berdasarkan kesepakatan gencatan senjata satu-bulan, telah menghidupkan kembali ancaman terhadap serangan besar terhadap Al-Hudaydah, kondisi yang bisa memicu kelaparan.
Dalam enam bulan terakhir saja, perang di Yaman telah memaksa lebih dari setengah juta anak meninggalkan rumah mereka, kata beberapa kelompok bantuan pada Kamis (31/1). Organisasi-organisasi itu memperingatkan bahwa generasi pemuda terancam hilang.
Kebanyakan orang mengungsi selama serangan besar militer terhadap Kota Al-Hudaydah pada Juli dan Agustus tahun lalu dan semuanya menghadapi masa depan “yang suram”, karena tak mempunyai akses ke pendidikan dan menghadapi peningkatan risiko serangan penyakit serta kelaparan, kata organisasi anak PBB.
Direktur UNICEF di Yaman kepada Thompson Reuters Foundation, Meritxell Relano, menyebutkan Yaman terancam kehilangan satu generasi karena banyak anak kehilangan pendidikan mereka, dan pengungsian membuat keadaan bertambah parah.
“Tanpa pendidikan, mereka takkan bisa memperoleh pekerjaan … satu generasi yang tak berpendidikan memiliki masa depan yang sangat suram,” kata Relano.
PBB menyebutkan sebanyak dua juta anak di Yaman sekarang tak bisa mengenyam pendidikan setelah hampir empat tahun perang, yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan mendorong rakyat negeri tersebut ke jurang kelaparan. (*)
Sumber : Antara
Editor : Edi Faisol