Papua No. 1 News Portal | Jubi
ANAK-ANAK di Kawasan Pintu Air, Kelurahan Maro, Kabupaten Merauke, kini dapat mengecap pendidikan informal. Mereka bisa belajar sembari bermain di rumah cerdas.
Ketiadaan ruang belajar dan bermain, selama ini membuat sebagian anak-anak di sana terjebak dalam kegiatan yang kurang bermanfaat. Di satu sisi, jarak sekolah juga cukup jauh dari tempat tinggal mereka.
Rumah cerdas diresmikan pengoperasiannya oleh Bupati Merauke, Frederikus Gebze, pekan lalu. Gebze bilang fasilitas belajar dan bermain ini bisa menjadi jembatan bagi pemenuhan kebutuhan pendidikan dasar untuk anak-anak di Kawasan Pintu Air.
“Anak-anak yang belum bersekolah juga butuh tempat seperti begini. Mereka bisa (belajar) membaca, menulis, dan berhitung, serta berkreasi dalam bermain,” katanya, saat peresmian.
Gebze menyadari masih banyak warganya yang belum mengenyam pendidikan layak. Karena itu, dia berharap pengelola dapat melayani setiap anak yang berkunjung ke rumah cerdas.
“Pasti banyak anak yang ingin datang untuk belajar. Agar semua mendapat kesempatan yang sama, perlu diatur dengan baik oleh guru pendamping,” kata Gebze.
Pengelola memang menyediakan tenaga pendamping agar kegiatan anak-anak lebih terarah. Pendampingan dari mereka diharapkan berdampak nyata terhadap kebiasaan belajar dan perkembangan kecerdasan anak-anak.
Pecandu Aika Aibon
Pendirian rumah cerdas berangkat dari keperihatinan Sulaeman Hamzah. Sewaktu kunjungan kerja pada November lalu, anggota DPR RI ini mendapati sekitar 150 pecandu Lem Aika Aibon di Pintu Air.
Temuan tersebut didiskusikannya bersama staf khusus dan para kolega. Kemudian, tercetuslah ide untuk membangun rumah cerdas. Gagasan itu kemudian digulir dan dikomunikasikan kembali dengan masyarakat. Mereka pun merespons positif.
“Kita ketahui bersama, kebiasaan menghirup Lem Aika Aibon sangat membahayakan kesehatan. Jadi, pembangunan rumah cerdas semata-mata untuk memfasilitasi anak-anak agar memiliki kegiatan positif,” kata Sulaeman.
Dia menilai kebiasaan menghirup Lem Aika Aibon terjadi lantaran minimnya kegiatan positif bagi anak-anak di Pintu Air. Waktu luang selepas pulang sekolah akhirnya dimanfaatkan mereka untuk mengerjakan aktivitas yang tidak jelas juntrungannya, bahkan membahayakan kesehatan dan masa depan.
“Saya melihat banyak kegiatan tidak menentu yang dilakukan anak-anak,” ujar Sulaeman.
Dia menambahkan mereka telah memercayakan sejumlah petugas yang bakal menjadi pendamping anak-anak selama belajar dan bermain di rumah cerdas. Alat permainan edukatif juga bakal dilengkapi.
Sulaeman, yang juga fungsionaris partai sekaligus calon anggota legislatif, menampik pembangunan rumah cerdas merupakan upaya untuk memuluskan kembali langkahnya menuju Senayan. Dia mengklaim tidak ada kepentingan politik apa pun di balik pembangunan sarana belajar dan bermain di Jalan Mayor Wiratno, tersebut. (*)
Editor: Aries Munandar