Papua No.1 News Portal | Jub
Jayapura, Jubi – Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Jayapura, Papua, Imelda Gunawan mengatakan secara rutin setahun sekali melakukan sampling dan pengujian terhadap produk olahan air minum terkemas dan air minum isi ulang.
“Sampling dan pengujian ntuk menjaga mutu produk air minum kemasan dan kami juga memiliki program sampling terhadap depot air minum, tapi tidak semuanya, karena itu bukan kewenangan kita secara undang-undang,” ujarnya kepada Jubi, Kamis (10/12/2020).
BACA JUGA: Pengawasan depot air Minum harus diperketat
Imelda mengatakan pada 2020 telah melakukan sampling terhadap tujuh sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan tujuh sampel air minum isi ulang. Pengujian dilakukan terhadap parameter uji kritis pada Pedoman Sampling BBPOM 2020.
“Proses pengujiannya 30 hari sejak dilakukan sampling,” katanya.
Proses pengujian meliputi Uji Kimia (pH, cemaran logam berat Pb, As, Hg dan Cd, dan penetapan kadar mineral Mn dan Fe) dan Uji Mikrobiologi (Pseudomonas aeroginosa, Uji Koliform, dan Angka Lempeng Total).
Penilaiannya digunakan berdasarkan persyaratan yang mengacu pada SNI 01-3554-2006 dan PerMenkes 492/Menkes/Per/IV/2010.
Jika tidak memenuhi syarat, BBPOM akan memberikan surat peringatan dan ditembuskan kepada instasi terkait pemberi izin usaha untuk ditindaklanjuti sesuai aturan.
“Jika tidak memenuhi syarat pasti sudah kita tindaklanjuti, misalnya air minum dalam kemasan yang diberi peringatan, bukan tokonya melainkan pabriknya,” ujarnya.
Syamsul Bahari yang telah lima tahun menjalankan usaha depot air mengatakan secara rutin dari BPOM maupun dari tim kesehatan Puskesmas Waena, Jayapura, Papua datang melakukan pemeriksaan terhadap kualitas air usahanya.
“Biasanya tiga bulan sekali, tapi sudah diundurkan enam bulan sekali,” kata pria asal Padang tersebut.
Ia mengatakan kualitas air isi ulangnya mendapat penilaian “Baik” dari BBPOM dan termasuk satu dari 36 usaha depot yang dibina Puskesmas Waena.
“Kalau di sini saya jual air mineral harganya Rp6 ribu dan air oxy agak mahal Rp10 ribu,” ujar Syamsul.
Maria, pelanggan yang tinggal di Expo mengatakan tidak merasa khawatir akan mengkomsumsi air isi ulang,karena kualitas sudah terjamin dan telah melewati proses pemeriksaan BBPOM.
“Saya biasa beli dua galon dalam seminggu karena di rumah pakai air bor, tidak bisa dikomsumsi karena mengandung banyak kapur,” katanya. (CR-7)
Editor: Syofiardi