Banjir durian dari Mindiptana

Calon pembeli memilih durian di pinggiran Jalan Ahmad Yani, Merauke, Kamis (14/3/2019) – Jubi/Frans L Kobun
Calon pembeli memilih durian di pinggiran Jalan Ahmad Yani, Merauke, Kamis (14/3/2019) – Jubi/Frans L Kobun

Papua No. 1 News Portal | Jubi

DURIAN melimpah di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Merauke. Buah ini dijajakan pedagang di tenda maupun langsung di truk pengangkut yang diparkirkan di pinggiran jalan.

Read More

Pedagang memborong langsung durian untuk dijual kembali dari beberapa Orang Asli Papua (OAP) di Distrik Mindiptana, Kabupaten Boven Digoel. Mereka mengangkut durian dengan truk sewaan seharga Rp 5 juta sekali jalan.

“Sudah tiga kali saya menyewa truk untuk mengambil durian di Distrik Mindiptana. Sekali angkut berisi 1.600 durian. Harga belinya bervariasi, Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu sebuah,” kata pedagang durian Andi, Kamis (14/3/2019).

Andi harus menempuh perjalanan selama 15 jam dari Merauke menuju Mindiptana. Bersama beberapa rekannya, lelaki berusia 40 tahun ini kemudian menyusuri perkampungan dengan sepeda motor untuk membeli durian dari warga setempat. Setelah terkumpul, baru dagangan diangkut menggunakan truk untuk dijual ke Kota Merauke.

Andi membandrol dagangannya berdasarkan ukuran buah. Sebesar Rp 50 ribu untuk sebuah durian berukuran besar dan Rp 100 ribu untuk tiga buah durian berukuran sedang dan kecil.

Dagangan Andi laris manis. Hanya dalam dua hari ludes terjual. Setelah itu, dia pun kembali berburu durian ke Mindiptana.

“Memang sedang musim (durian). Masih bisa dua sampai tiga kali lagi saya kembali ke Mindiptana,” ujarnya.

Andi mengaku pendapatan dari berjualan durian tidak menentu karena bergantung kuantitas dan kualitas buah yang dijualnya. Jika laku 1.500 buah, dia bisa mengantongi pendapatan sebesar Rp 36 juta. Namun ada kalanya, dibawah nilai tersebut karena banyak durian yang rusak.

“Namanya berdagang pasti ada untung-rugi. Paling utama saya kejar ialah kembali modal dahulu. Walaupun keuntungannya tidak seberapa, bisa memenuhi kebutuhan keluarga,” kata Andi.

Sistem ijon

Distrik Mindiptana menjadi salah satu sentra penghasil durian di Boven Digoel. Setiap keluarga OAP di sana rata-rata memiliki kebun durian.

Kebun durian pun menjadi incaran para tengkulak. Mereka langsung mengontrak pohon durian milik warga saat baru mulai berbuah. Tengkulak tinggal mengambil hasil panen ketika buah sudah matang dan siap dijual.

Andi lebih senang membeli langsung ketimbang mengontrak pohon atau sistem ijon karena masih bisa tawar-menawar harga.

“Saya tidak tahu berapa harga kontrak setiap pohon dalam satu musim karena belum pernah melakukan. Selama ini saya membeli langsung dari kampung ke kampung.”

Bupati Boven Digoel, Benediktus Tambonop, mengatakan durian menjadi salah satu andalan pendapatan warganya.

“Durian yang dijual di Merauke itu diambil pedagang dari kampung-kampung di Mindiptana, dan beberapa distrik lain.”

Tambonop mengakui para tengkulak sering beroperasi dengan masuk dan keluar kampung untuk membeli durian masyarakat. Akan tetapi, praktik seperti itu mulai berkurang, setidaknya dalam setahun terakhir.

“Kini sudah ada Badan Usaha Milik Daearah (BUMD) yang membeli langsung durian di kampung-kampung. Kami ingin pendapatan masyarakat membaik karena tengkulak sering memainkan harga,” jelas Tambonop, beberapa waktu lalu. (*)

Editor: Aries Munandar

Related posts

Leave a Reply