Papua No.1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi– Bangladesh kembali mengirim pengungsi Rohingya ke pulau terpencil pada gelombang kedua pada Desember ini ke Pulau Bhasan Char. Komisi Pengungsi, Bantuan, dan Pemulangan (RRRC) sedang mengatur proses relokasi di tengah kekhawatiran masyarakat internasional bahwa pulau itu adalah tempat yang berisiko bagi para pengungsi untuk ditinggali.
“Sebanyak 700-1.000 pengungsi Rohingya dijadwalkan akan direlokasi pada 28 atau 29 Desember dan Bhasan Char telah disiapkan untuk menerima mereka,” kata Komodor Abdullah Al Mamun Chowdhury direktur Proyek Ashrayan-3.
Baca juga : Bangladesh kembali gagal pulangkan pengungsi Rohingya
Perusahaan Israel dituduh mendukung militer Myanmar genosida Etnis Rohingya
Uni Eropa kucurkan dana tambahan Rp34 miliar untuk pengungsi Rohingya
Sebelumnya gelombang pertama 1.642 pengungsi Rohingya telah direlokasi ke Bhasan Char di awal Desember lalu. Gelombang pertama pengungsi Rohingya yang telah lebih dulu dipindahkan ke Bhasan Char telah mengungkapkan kepuasan mereka dan mereka memilih untuk pindah ke fasilitas tersebut demi keamanan dan kenyamanan.
Mereka mengatakan kondisi itu berbeda dengan tempat penampungan mereka di kamp Cox’s Bazar, yang kerap terjadi kekerasan dan membuat hidup mereka semakin sulit.
The Daily Star, Jumat (25/12/2020) pekan lalu melansir, para pengungsi percaya mereka dapat menjalani kehidupan yang lebih baik di Bhasan Char dengan akses yang lebih besar ke perawatan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan.
Mereka juga mengatakan dibandingkan kondisi kamp yang sempit, proyek perumahan di Bhasan Char merupakan pilihan terbaik.
Proyek perumahan di Bhasan Char sendiri dibangun dengan dilengkapi listrik, panel surya, pembangkit listrik tenaga biogas, dan jaringan bergerak yang berfungsi dengan baik. Rumah-rumah itu dibangun menggunakan balok beton.
Tapi sisi lain, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan mitra pembangunan lainnya menyatakan keprihatinan atas relokasi pengungsi Rohingya ke Bhasan Char. Mereka menuntut penilaian independen dari proyek perumahan sebelum relokasi dimulai. Sementara tim dari PBB masih belum diizinkan mengunjungi pulau itu. PBB dan kelompok HAM juga mempertanyakan rencana relokasi, mereka berpendapat bahwa pulau itu rawan banjir dan bisa terendam saat air pasang. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol