Papua No. 1 News Portal | Jubi
Beijing, Jubi – Badai salju yang melanda wilayah utara dan timur laut Cina pada sejak sabtu hingga Minggu kemarin telah melumpuhkan sektor transportasi di negara itu. Badai salju masif untuk pertama kali itu mengakibatkan permukaan jalan diselimuti salju sehingga aksesnya harus ditutup. Sejumlah mobil terjebak di pergunungan, sedangkan perjalanan kereta api dan moda transportasi umum lainnya ditangguhkan.
Baca juga : Hujan lebat dan salju tebal di Pakistan tewaskan 28 orang
Fiji diserang ana, serangan siklon kedua dalam sebulan
Banjir besar masih terjadi di Cina, kali ini ribuan waga Hubei mengungsi
Pusat Meteorologi Nasional Cina (NMC) pada Senin, (8/11/2021) mencatat intensitas salju berkisar 20 hingga 40 milimeter di berbagai provinsi, seperti Mongolia Dalam, Hebei, Shandong, Liaoning, Beijing, dan Jilin.
Sedangkan beberapa wilayah di utara masih akan mengalami gelombang dingin seperti dari Siberia barat di Rusia menyebabkan badai salju sehingga temperatur udara di Cina turun sejak Sabtu.
Cina Daily bahkan menulis di Urumqi, Ibu Kota Daerah Otonomi Xinjiang, suhu udara turun drastis hingga sebanyak 22 derajat Celcius.
Di Beijing, salju yang menutupi jalan-jalan utama semakin mengeras. Sejumlah jadwal perjalanan kereta api dari Beijing ke Shanghai dan Tianjin ditunda bahkan dibatalkan. Lebih dari 170 bus juga disetop sementara dari kegiatan operasional, menurut Departemen Transportasi Kota Beijing.
Tahun ini hujan salju turun lebih awal 27 hari dibandingkan dengan rata-rata musim dingin pada periode 1991-2020 sebagaimana dilaporkan Weather.com.
Pepohonan masih berdaun saat hujan salju karena memang masih dalam masa musim gugur. Pada bulan Oktober, La Nina telah memengaruhi udara dingin di Cina.
“Di sebagian besar musim dingin, ketika peristiwa La Nina mencapai puncaknya, udara dingin cenderung lebih sering dan ekstrem melanda China,” kata Wakil Direktur NMC Jia Xiaolong. (*)
Editor : Edi Faisol