Atlet etnis Biak dominan dalam tim Papua pada PON XIX Jawa Barat

Atlet dayung putra, N Wanma, menunjukkan perahu dayung kayak 1 milik Erni Sokoy - Jubi/dam
Erni Sokoy, mantan atlet nasional peraih tiga medali emas di PON 2016 Jawa Barat. Kini jadi pelatih PPLP Papua – Jubi/Dok

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Setiap empat tahun pesta olahraga nasional bernama Pekan Olahraga Nasional (PON) selalu berjalan lancar, walau ada kekurangan di sana sini. Pesta olahraga nasional tetap berlansung demi menjalin kebersamaan anak bangsa.

Read More

Dosen Penjaskes atau Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Cenderawasih, Saharudin Ita, dalam studinya berjudul Profil Atlet Papua pada PON XIX Jawa Barat berbasis etnis menyebutkan dari seluruh atlet PON Papua 2016 di Jayapura berjumlah 526 orang ternyata terbanyak etnis Papua dari Biak 23,07 persen dan etnis non Papua dari suku Jawa 54,83 persen.

Lebih lanjut kata Saharudin Ita, etnis di Papua memang sangat beragam dari ujung Timur Kota Jayapura pesisir Utara, Kota Merauke pesisir Selatan, sampai dengan kepala burung Kota Sorong dan Raja Ampat. Bahkan secara etnografis menurut dia Provinsi Papua sendiri terdiri atas 466 etnis yang dalam penyebarannya secara ekologis geografis berbeda antara pesisir pantai, lembah, danau, gunung, perbukitan, dan kepulauan.

“Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan tepat dan faktual etnis yang dominan dalam menggeluti dunia olahraga di Papua sampai dengan PON XIX tahun 2016 di Jawa Barat,” katanya dalam artikel penelitiannya beberapa waktu lalu menjelang persiapan TC PON Jawa Barat 2016 lalu.

Dia menambahkan subyek penelitian termasuk seluruh atlet PON XIX Papua 2016 sebanyak 526 orang dengan menggunakan metode  deskriptif kuantitatif melalui sebaran angket dan wawancara kepada atlet yang sedang melakukan pemusatan latihan menghadapi PON XIX tahun 2016.

Hasil penelitiannya menunjukkan etnis yang menggeluti dunia olahraga di Papua dan tergabung dalam kontingen PON XIX tahun 2016 terdiri atas 23 suku (58,98%) dan yang non-Papua berasal dari 10 provinsi (41,02 %). Etnis Papua yang termasuk 5 besar adalah etnis Biak 23,07%, Sentani 22,11%, Yapen 20,19%, Lani 7,37%, serta Marind Anim 6,41%.

Sedangkan etnis non-Papua, kata peneliti Saharudin, berasal dari lima provinsi teratas adalah Jawa 54,83%, Ambon 14,74%, Makassar 9,67%, Batak 5,52%, dan Buton 4,6%. Etnis yang dominan dari kontingen Papua pada PON XIX 2016 di Jawa Barat adalah etnis Biak (etnis Papua) dan etnis Jawa (non-Papua).

Menurut dia keanekaragaman ini muncul pula berbagai corak, bentuk, dan karakter manusia dengan ciri khas masing-masing. Misalnya, Saharudin menulis Lisa Rumbewas dari cabang angkat besi putri pernah menyumbang dua medali perak dan satu medali perunggu pada tiga Olympiade di Sydney Australia 2000, Olympiade Atenna Yunani 2004, dan Olympiade di Beijing China 2008.

Dia mengatakan jika melihat marga Lisa Rumbewas baru bisa diketahui kalau sang atlet putri ini marga Rumbewas dan berasal dari etnis Biak.

Namun yang menjadi pertanyaan menurut Saharudin adakah atlet etnis Biak selain Lisa Rumbewas meraih prestasi di tingkat daerah, nasional, dan internasional?

Menurut dia hal inilah yang perlu diteliti dari pelaku olahraga yang tergabung dalam kontingen pada PON XIX tahun 2016 di Jawa Barat.

Dikatakan, kontingen Papua pada PON XIX tahun 2016 di Jawa Barat menempati urutan ke tujuh dengan torehan medali 19 medali emas, 18 medali perak, dan 32 medali perunggu. Namun dia mengakui belum mengetahui secara detail etnis-etnis mana saja yang memiliki andil paling besar dalam perolehan medali PON ke XIX di Jawa Barat itu.

Padahal kata dia dengan mengetahui etnis dan ciri antropometri dari suatu koloni berbasis tenis dapat memudahkan pemerintah daerah khususnya Dinas Pemuda dan Olahraga serta KONI Papua bisa melakukan pemetaan prestasi olahraga di Provinsi Papua.

Dayung dan etnis Sentani

Pelatih dayung Papua, Yoram Monim, dan atlet dayung putra asal Mappi di dalam gudang penyimpanan perahu – Jubi/Dam

Mendiang pelatih nasional dayung Papua, Christian Kolibu, kepada Jubi beberapa waktu silam sewaktu masih aktif melatih tim PON Papua sejak 2004 mengatakan secara antropometri orang-orang Sentani sudah terbiasa dengan cara mendayung dalam perahu tradisional mereka.

“Cara duduk orang Sentani dalam perahu tanpa cadik sudah menunjukkan bahwa mereka sudah akrab dengan perahu-perahu dalam lomba dayung khususnya kayak,” kata Kolibu kala itu.

Hal ini diakui pula oleh pelatih tim dayung PON 2020, Yoram Monim. Secara etnis memang perahu Sentani antara perahu laki-laki dan perempuan berbeda dan tanpa semang atau cadik.

“Hal ini mempermudah atlet asal Sentani dalam memakai perahu dayung dalam bertanding,” katanya kepada Jubi di mess dayung atlet PON Papua di Waena Jembatan Dua, Senin (20/1/2020).

Memang, kata dia, selama PON empat kali berturut-turut hanya tim dayung Papua yang berhasil menyabet medali emas.

“Dalam PON 2016 di Jawa Barat Erni Sokoy meraih tiga medali emas dari kayak,” katanya seraya menambahkan dalam PON 2016 di Jawa Barat terjadi duel antara atlet putri Sentani Kayak 1 200 meter Erni Sokoy dari Papua mengalahkan atlet dari Banten Since Lithasova Yom berasal dari etnis Sentani.

Atlet dayung putra, N Wanma, menunjukkan perahu dayung kayak 1 milik Erni Sokoy – Jubi/dam

Walau demikian pelatih dayung Papua Yoram Monim mengakui dalam tim PON Papua tim dayung sudah beragam etnis dari Biak, Serui, Mappi, dan Jayawijaya.

“Hanya sayang selama ini tim putra dayung Papua jarang memperoleh medali emas,” katanya seraya menambahkan atlet putri Papua, Stefani Ibo, termasuk atlet dayung pengganti Erni Sokoy nanti di PON 2020 Papua.

“Tim dayung Papua dalam Pra PON 2020 di Palembang berhasil memperoleh lima medali emas dan ini menunjukkan bahwa tim dayung Papua masih eksis dalam persaingan merebut medali,” katanya. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply