Papua No. 1 News Portal | Jubi
Aura positif selalu terpancar dari tim panjat tebing Papua selama menjalani pemusatan latihan di Pulau Jawa. Turnamen ke turnamen terus membuahkan prestasi.
Duo kembar Raviandi-Ravianto Ramadhan dan spider girl asal Kepulauan Yapen, Nesty Pedai, jadi tumpuan kontingen Bumi Cenderawasih.
Pekan Olahraga Nasional (PON) XX akan menjadi debut perdana bagi tim panjat tebing Papua. Walau berstatus debutan, prestasi yang ditorehkan cukup membanggakan.
Panjat tebing Papua sudah mendulang 10 medali emas, 2 medali perak, dan 1 medali perunggu dalam tiga iven di Pulau Jawa. Mereka cukup solid karena diperkuat atlet nasional, duo kembar Raviandi dan Ravianto Ramadhan.
Beragam prestasi sudah ditorehkan keduanya baik di level nasional maupun Asia. Tak heran jika kedua atlet yang dikontrak oleh panjat tebing Papua itu ditargetkan meraih medali emas pada PON XX nanti. Meski baru berusia 19 tahun, keduanya cukup punya nama di olahraga climbing Indonesia.
“Di iven Gravical Bouldering Competition tahun 2018 di Singapura saya dapat medali perak kategori boulder intermediate putra (tingkat Asia), medali perak Kejurnas 2019 di Kalimantan Selatan, medali perak kategori boulder perorangan putra tingkat nasional, medali emas kategori lead perorangan putra di National Competition Invanteri di Bandung tahun 2019, dan medali emas kategori lead perorangan putra PON mini di Bali tahun 2021,” beber Raviandi kepada awak Jubi, Selasa (20/7/21).
Raviandi dan saudara kembarnya sudah mengenal olahraga climbing sejak usia 4 tahun dan di usia 5 tahun sudah mengikuti turnamen.
“Saya sendiri mengikuti lomba pertama saya di umur 5 tahun dan awal kali untuk memfokuskan olahraga ini pada tahun 2012 di umur 10 tahun, dan masih berlanjut hingga sekarang ini,” ujarnya.
PON XX ini akan menjadi PON pertama bagi si kembar, dan mereka optimis bisa mempersembahkan medali emas untuk Papua.
“Karena setiap atlet targetnya untuk mendapatkan medali, Insya Allah kami optimis untuk mempersembahkan hasil terbaik di PON XX,” kata Raviandi.
Selain si kembar, PON XX juga sekaligus menjadi debut pemanjat potensial asli Papua, spider girl dari Kepulauan Yapen, Serui, Nesty Pedai.
Baru berusia 19 tahun, lahir di Warironi, Kepulauan Yapen, 8 Oktober 2002, Nesty begitu diunggulkan untuk merebut medali emas di cabang olahraga panjat tebing pada PON XX.
Walau baru menekuni olahraga climbing sejak tahun 2019, performa gesitnya di dinding tebing cukup mengejutkan. Nesty cakap di semua nomor dan membuatnya masuk dalam salah satu unggulan Papua untuk mendapatkan medali emas.
“Saya memilih cabor panjat tebing karena saya merasa tertantang dengan jalur-jalur kesulitan di dinding tebing. Saya mulai menyukai cabor ini sejak pertama kali mencoba. Saya belajar manjat di Universitas Yapis Dok 5 Jayapura dan mulai bergabung dengan tim panjat tebing Papua tahun 2019,” ungkap Nesty.
Sayang, karena pandemi Covid-19, tak banyak turnamen yang bisa diikuti. Nesty sempat menjadi juara 1 di iven Bogor di kelas speed WR putri.
“Target saya dapat medali emas di PON Papua, dan saya optimis dalam latihan, Puji Tuhan saya bisa membawa nama Papua di rumah sendiri,” tuturnya.
Baca juga: Menpora pastikan Papua siap hadapi PON XX
Pelatih panjat tebing Papua, Judistiro, yang juga mantan atlet dan pelatih tim nasional mengakui jika ketiga atletnya itu punya kans besar mendapatkan medali emas.
“Yang kembar itu sudah pasti unggulan, dan saya lihat sejauh ini yang juga berpotensi mendapatkan medali itu si Nesty. Dia pemanjat yang lengkap, dia punya kemampuan yang bagus di tiga nomor yakni speed, lead, dan boulder. Dia sudah membuktikan dirinya sanggup bersaing dan memberikan perlawanan yang ketat bagi atlet dari daerah lain secara perorangan,” bebernya. (*)
Editor: Jean Bisay