Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
Jakarta, Jubi – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menggelar pertemuan rahasia dengan sejumlah pejabat militer pemberontak di Venezuela. Pertemuan yag dilakukan secara rahasia dalam beberapa waktu terakhir ini membahas rencana penggulingan Presiden Nicolas Maduro.
Laman the New York Times, Sabtu (8/9/2018) menyebutkan sejumlah pejabat Amerika dan mantan komandan militer Venezuela menggelar rapat rahasia. Mereka terlibat campur tangan rahasia pergantian kekuasaan di Amerika Selatan, seperti di Kuba, Nikaragua, Brasil, Chile di masa Perang Dingin.
Meski gedung Putih yang menolak menjawab menjawab pertanyaan seputar pertemuan rahasia itu, namun mereka memberikan pernyataan yang menyebut AS penting untuk berhubungan dengan seluruh rakyat Venezuela yang menginginkan demokrasi membawa perubahan positif bagi negara yang sedang menderita di bawah kepemimpinan Maduro.
Seorang pejabat tinggi militer Venezuela yang terlibat dalam pertemuan rahasia itu diketahui bukanlah sosok yang ideal untuk mengembalikan demokrasi. Dia adalah orang yang masuk dalam daftar sanksi dari pemerintah AS akibat korupsi di Venezuela.
Washington menuding dia dan sejumlah pejabat militer Venezuela lainnya terlibat dalam kejahatan serius, termasuk penyiksa para kritikus, memenjarakan tokoh politik, melukai ribuan rakyat sipil, penyelundupan narkoba dan bekerja sama dengan kelompok pemberontak FARC di Kolombia yang dianggap organisasi teroris oleh AS.
Sejumlah pejabat AS akhirnya memutuskan tidak memberi dukungan kepada pemberontak Venezuela itu dan rencana kudeta tertunda. Namun pemerintahan Trump masih bersedia bertemu dengan sejumlah pejabat militer Venezuela untuk membahas kudeta presiden.
Sebagian besar pemimpin benua Latin sepakat Maduro adalah sosok otoriter yang kini membuat ekonomi Venezuela karut-marut hingga menyebabkan stok pangan dan obat-obatan langka. Runtuhnya ekonomi Venezuela menyebabkan rakyat mengungsi ke berbagai negara tetangga.
Pejabat militer Venezuela sebelumnya pernah mencoba menghubungi pemerintahan Amerika di masa Barack Obama tapi ditolak. Kemudian Agustus tahun lalu Presiden Trump menyatakan AS punya opsi militer bagi Venezuela.
Pernyataan yang mengundang kecaman dari sekutu AS di benua Latin itu membuat para pejabat pemberontak Venezuela sekali lagi menghubungi Washington.
Dalam serangkaian pertemuan rahasia di luar negeri yang dimulai sejak musim gugur tahun lalu dan berlanjut hingga tahun ini, pejabat militer mengatakan kepada pemerintah AS, mereka mewakili ratusan anggota di kemiliteran yang menentang kepemimpinan Maduro.
Mereka meminta AS memasok mereka dengan radio terenkripsi supaya bisa berkomunikasi secara aman, rahasia, seraya mereka menyiapkan rencana pergantian kekuasaan sampai pemilu digelar.
Setelah pertemuan pertama yang terjadi para musim gugur 2017, seorang pejabat AS mengatakan Venezuela tampaknya tidak punya rencana rinci dan matang dan berharap pihak Amerika memberi saran atau panduan bagi mereka.
Mantan komandan militer Venezuela mengatakan mereka tidak pernah meminta AS ikut campur secara militer.
"Saya tidak pernah setuju dan mereka juga tidak meminta bantuan militer," kata pejabat AS itu. (*)