Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Sugiarto, laki-laki 52 tahun, warga APO itu harus antre dari pukul 10 malam sehari sebelumnya. Ia rela berdesak-desakan dengan orang lain agar bisa mendapat nomor antrean swab PCR di Rumah Sakit Provita, Kota Jayapura, Papua.
“Malam saja sudah banyak yang antre, kalau datang pagi tra akan dapat, tempat lain lebih mahal bisa sampai Rp1 juta,” ujarnya.
Di Rumah Sakit Provita Jayapura, Papua dalam sehari hanya melayani 130 orang untuk pengambilan sampel swab PCR. Dengan jadwal pelayanan Senin sampai Jumat mulai pukul 8 pagi.
Sugiarto seorang pekerja swasta. Ia harus membayar biaya swab PCR sebesar Rp900 ribu. Ia melakukan swab PCR untuk keperluan perjalanan ke Jakarta.
“Mau pulang cuti dulu, kira-kira satu bulan di Jakarta,” katanya.
BACA JUGA: Pejabat terkait sebut virus korona varian Delta belum ada di Papua
Selain di Rumah Sakit Provita, Kota Jayapura, Papua antrean orang yang melakukan pemeriksaan Swab PCR juga terjadi di Labkesda Papua, Kota Jayapura.
Puluhan orang bahkan sejak pukul 6 pagi sudah memenuhi tenda ukuran 12 x 5 meter yang dibangun di depan Balai Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Papua untuk tes swab PCR pada Senin, 26 Juli 2021.
Di antara yang antre ada anggota TNI. Tetapi sebagian besar merupakan pelaku perjalanan yang hendak keluar dari Kota Jayapura.
Di antara puluhan orang ada Limbo, 61 tahun yang datang dengan istrinya Fatimah, 51 tahun. Keduanya sudah mengantre sejak pukul 6.30 pagi.
“Tadi sempat ke Rumah Sakit Provita tapi sudah habis fomulirnya,” kata Limbo.
Setelah mengisi fomulir dan membayar biaya pemeriksaan Rp500 ribu, mereka berdua harus menunggu hingga 5 jam.
Sekitar pukul 1 siang petugas lalu mengambil sampel cairan pernapasan atau lendir dari hidung dan tenggorokan dengan alat mirip cotton bud panjang.
Sampel lalu dimasukan ke dalam wadah steril dan disegel, lalu dikirim untuk proses selanjutnya di laboratorium. Setelah diambil sampel swab, Limbo dan istrinya diminta petugas untuk kembali tiga hari kemudian untuk mengambil hasilnya.
Limbo dan istrinya melakukan swab PCR untuk keperluan perjalanan ke Bogor. Hingga pukul 3.58 sore ada 351 sampel yang diambil oleh petugas Labkesda Papua.
“Mau berangkat ke Bogor tanggal 28 Juli, cuma dua hari di sana nanti balik lagi karena Papua kan mau ‘lockdown’,” katanya.
Kepala Balai Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Papua Selly Ajwaila mengatakan normalnya dalam sehari melayani 150 orang.
“Sebenarnya tidak membludak, kami sudah atur sampai ke belakang, ini sekarang sudah kosong,” ujarnya.
Rumah sakit di Kota Jayapura yang bisa melayani swab PCR adalah Rumah Sakit Daerah Dok 2, Labkesda, Litbangkes, Rumah Sakit Provita, Rumah Sakit Marten Indey, Rumah Sakit Bhayangkara, dan juga Rumah Sakit Dian Harapan.
Data per 26 Juli 2021 ada 625 sampel yang berada di Labkesda Papua. Dalam sekali running 94 sampel membutuhkan 8 jam. Labkesda Papua melayani pengambilan sampel swab PCR setiap Senin sampai Jumat mulai pukul 9 pagi.
“Saya belum cek ini ada peningkatan atau tidak, tapi bisa saja ada penambahan,” katanya.
Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Provinsi Papua, dr. Antonius Oktavian mengatakan ada 319 sampel yang antre diperiksa di Litbangkes. Dalam sekali running 188 sampel.
“Yang melakukan tracing puskesmas, jadi sampelnya dikirim ke Litbangkes, kalau di Litbangkes hanya terima sampel yang melakukan swab rumah sakit dan puskesmas,” ujarnya.
Rumah sakit di Provinsi Papua yang bisa melakukan Swab PCR adalah RSUD Dok 2, Labkesda, Litbangkes Papua, Rumah Sakit Provita, Rumah Sakit Marten Indey, Rumah Sakit Bhayangkara, Rumah Sakit Dian Harapan, RSUD Yowari, RSUD Merauke, RSUD Boven Digoel, RSUD Biak, RSAU Biak dan RSAL Biak.
“Beberapa rumah sakit yang tidak punya PCR aalah RS Abe, RSAL, RSJ, LPMP, Rumah Sakit Kwaingga Keerom, dan juga klinik penerbangan,” katanya.
Lebih akurat mendeteksi Covid-19
Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Provinsi Papua dr. Antonius Oktavian mengatakan untuk saat ini masih tes PCR yang paling akurat mendeteksi Covid-19. Tes ini merupakan standar tes yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Oktavian menjelaskan tes swab PCR diawali dengan pengambilan sampel cairan pernapasan atau lendir dari hidung dan tenggorokan dengan alat mirip cotton bud panjang.
“Setelah sampel swab diambil, sampel lalu dimasukkan ke dalam wadah steril dan disegel, lalu dikirim ke laboratorium,” katanya kepada Jubi, 27 Juli 2021.
Setibanya di laboratorium petugas akan melakukan ekstraksi atau mengisolasi materi genetik dari sampel yang sudah diambil.
“Setelah diberi bahan kimia yang disebut reagen primer dan probe, sampel lalu dimasukkan ke mesin PCR untuk diproses termal (dipanaskan dan didinginkan secara terkontrol) untuk mengubah RNA menjadi DNA,” ujarnya.
Kemudian sebagian kecil materi genetik virus SARS-CoV-2 tersebut diperbanyak sampai menghasilkan jutaan salinan DNA.
Selama proses ini, jelas Oktavian, bahan kimia khusus akan mengikat DNA. DNA akan mengeluarkan cahaya fluoresen apabila terdapat virus SARS-CoV-2 dalam sampel.
“Keberadaan cahaya fluoresen tersebut merupakan sinyal yang dideteksi mesin PCR untuk menafsirkan hasil tes positif Covid-19,” katanya. (*)
Editor: Syofiardi