Papua No. 1 News Portal | Jubi
London, Jubi – Patung Winston Churchill, mantan perdana menteri Inggris, dan tugu peringatan pahlawan perang di London ditutup dengan lapisan kayu demi mengantisipasi sasaran massa yang akan menggelar aksi protes di ibu kota Inggris, London, tiga hari ke depan.
Patung Churchill, yang berdiri membelakangi gedung parlemen, sempat dicoret dengan grafiti. Tulisan grafiti itu menyebut Churchill, pemimpin Inggris saat Perang Dunia II, sebagai seseorang yang rasis.
Grafiti itu ditemukan saat massa menggelar aksi damai, Minggu (7/6/2020), sebagai wujud solidaritas terhadap unjuk rasa anti-rasisme di Amerika Serikat. Ribuan warga AS turun ke jalan memprotes aksi brutal seorang polisi yang menyebabkan seorang warga kulit hitam, George Floyd, tewas, di Kota Minneapolis, Minnesota, AS.
Baca juga : Aksi rusuh landa AS pasca George Floyd dibunuh polisi
Pengunjuk rasa robohkan patung Christopher Columbus di Minnesota
Bos Mercedes dukung pembalapnya kecam ketidakadilan rasial
Beberapa papan kayu diletakkan di sekitar tugu peringatan tentara yang gugur saat perang Cenotaph on Whitehall. Tiap tahunnya, petinggi di pemerintahan dan keluarga kerajaan mengunjungi tugu tersebut untuk memperingati mereka yang gugur saat Perang Dunia I dan pertempuran lainnya. Acara itu dikenal dengan nama Remembrance Sunday.
Tercatat demonstrasi anti rasisme bergulir di sejumlah tempat, usai Floyd tewas setelah diinjak lehernya oleh lutut seorang anggota kepolisian Minneapolis hampir selama sembilan menit pada 25 Mei. Kematian Floyd memicu aksi protes di puluhan kota AS dan beberapa kota besar Eropa.
Insiden itu juga memantik polemik terkait rencana merobohkan sejumlah monumen dan patung yang mengingatkan warga terhadap masa pendudukan atau imperialis Inggris.
Massa di Inggris telah merobohkan beberapa patung pedagang budak. Otoritas Kota Poole, Inggris, mengatakan, mereka berencana memindahkan patung pendiri Pramuka, Robert Baden-Powell, guna melindungi monumen itu.
Demonstran gerakan “Black Lives Matter” atau “Hidup Orang Kulit Hitam Berharga” kembali turun ke jalan, pada hari Jum’at (12/6/2020) di pusat kota London.
Sedangkan di Prancis serikat polisi berunjuk rasa di beberapa kota menentang larangan teknik mencekik leher untuk membatasi gerak-gerik tersangka yang diberlakukan pemerintah demi menjawab aksi protes massa terhadap aksi brutal polisi.
Massa di Prancis turun ke jalan setelah adanya korban yang diduga disiksa polisi, ditambah kematian seorang warga kulit hitam di Amerika Serikat, George Floyd, yang tewas setelah diinjak lehernya oleh polisi.
Beberapa serikat polisi di Paris, Jumat, (12/6/20200 memarkirkan puluhan kendaraan di halaman Arc de Triomphe, sebelum lanjut berpawai ke depan Istana Kepresidenan, Champs Elysees. Satu poster tertempel di kendaraan yang berisi tulisan: “Tanpa Polisi, Tidak Ada Perdamaian”.
Beberapa gambar yang dibawa massa aksi memperlihatkan polisi terluka diserang massa saat bertugas. Dalam gambar itu, ada tulisan: “Siapa yang membunuh siapa?”
Unjuk rasa tersebut digelar setelah adanya pertemuan antara serikat polisi dengan Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner. (*)
Editor : Edi Faisol