Anti kekerasan terhadap perempuan dan anak dimulai dari saya

Papua No. 1 News Portal | Jubi ,

Sentani, Jubi – Dalam rangka memperingati 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) bersama mitra NGO atau LSM dengan dukungan USAID Bersama melakukan jalan santai yang dilepas secara resmi oleh Bupati Jayapura di Halaman Upacara Kantor Bupati Jayapura di Gunung Merah sebagai titik start dan finish, Jumat (30/11/2018).

Selain itu, melalui kegiatan tersebut mengajak seluruh elemen masyarakat di Kabupaten Jayapura pada khususnyadan Provinsi Papua pada umumnya untuk mengupayakan penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak dimulai dari sa atau saya.

Bupati Jayapura, Mathius Awoituaw, kepada media usai jalan santai, mengatakan upaya ini akan dilakukan mulai dari Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemerintah Kabupaten Jayapura.

Dirinya juga mengajak semua bawahannya agar di setiap keluarga harus menjaga kekompakan, baik ayah, ibu, dan anak.

Menurutnya, hal-hal yang baik semuanya berawal dari keluarga. Apabila keluarga yang tidak harmonis maka dampak negatif yang akan dirasakan.

“Seruan ini harus dimulai dari ASN kita sendiri. Kalau keluarga harmonis, akan memberi sebuah energi yang kuat untuk bisa keluar bekerja. Keluarga sangat menentukan semua keberhasilan kita di luar rumah,” ujar Bupati Awoitauw.

Dari siaran pers DP3A dan sejumlah NGO, menyebutkan stop kekerasan terhadap perempuan dan anak dimulai  dari saya, terdiri dari langkah yang dilakukan untuk mencegah segala bentuk kekerasan yaitu tidak melakukan kekerasan dalam bentuk apapun, perempuan dan laki-laki diciptakan untuk mendapatkan hak yang sama, bawa korban kekerasan terlebih dahulu ke layanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang tepat, jika melihat kekerasan, berani bilang stop dan laporkan pelaku kepada pihak berwajib.

Sementara itu, Ketua PKK Kabupaten Jayapura, Ny. Magdalena Luturmas Awoitauw, mengatakan pihaknya sangat menolak dan mengutuk dengan keras terhadap kekerasan yang terjadi bagi perempuan dan anak.

Kendati demikian, dirinya juga mengimbau agar setiap keluarga harus hidup harmonis tanpa mengedepankan tindakan-tndakan arogan, baik ayah, ibu, maupun anak.

“Yang jelas sebagai perempuan kita menolak adanya tindakan kekerasan terhadap perempuan maupun anak. Semua berawal dari keluarga. Kalau keluarga hidup dalam suasana yang harmonis maka ada dampak positif yang dirasakan oleh siapa saja,” ujarnya. (*)

Related posts

Leave a Reply