Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
Jayapura, Jubi – Tingginya kasus penderita malaria di Papua menjadi ancaman tersendiri jelang penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2020 mendatang.
Kepala Unit Pelaksana Teknis AIDS, TB, dan Malaria (ATM), Dinas Kesehatan Papua, dr. Beeri Wopari mengatakan, untuk meminimalisir berbagai risiko tersebut pihaknya tengah membangun Malaria Centre yang berfungsi sebagai pusat kontrol koordinasi penanganan malaria.
“Kalau mau bilang jadi momok, iya. Untuk itu kami saat ini lagi membangun Malaria Centre. Jadi Malaria Centre ini fungsinya adalah sebagai kontrol koordinasi bukan implementasi. Apa yang dikoordinasikan? Semua lintas sektor bahu membahu untuk menurunkan angka malaria tersebut. Masalah malaria ini ada dua hal yaitu masalah lingkungan dan masalah perilaku,” kata dr. Beeri.
Dikatakan dr. Beeri, konsep awal Malaria Centre akan dibangun di 28 kabupaten/kota. Namun berdasar arah kebijakan nasional, maka ditetapkan pembangunan sesuai dengan konteks wilayah lima adat yakni Mamta, Saireri, Lapago, Meepago dan Animha.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Papua, Drg. Aloysius Giyai mengatakan, program pengentasan malaria yang digalakkan oleh Dinas Kesehatan Papua, tak semata untuk kepentingan PON saja. Program pengentasan tersebut telah dilakukan sejak 2009 dengan target Papua bebas malaria pada 2030 mendatang.
“Yang dikatakan ini benar bahwa jangan tunggu PON, tetapi ini membutuhkan dana yang cukup besar, dan dana tersebut sudah diberikan kepada Kabupaten/Kota, termasuk dana DAK pelayanan kesehatan dasar,” kata Giyai kepada Jubi, Senin (12/11/2018).
Dikatakan Kadinkes, pihaknya menargetkan enam bulan sebelum pelaksaan PON tidak ada lagi bibit atau virus yang menyebabkan malaria ataupun penyakit tropis lainnya. (*)