Anak sekolah tetap semangat ke sekolah meski danau Sentani meluap

Portal Berita Tanah Papua No. 1 | Jubi ,

Sentani, Jubi – Air danau Sentani yang terus naik dan menggenangi rumah warga di sekitar pesisir danau ternyata tak melemahkan semangat anak-anak untuk ke sekolah.

 “Biar air de mo naik sampe tumpah-tumpah di jalan raya atau dimana saja, saya tetap ke sekolah,” siswa kelas VIII SMPN 2 Sentani, Dikson Dicki Melangsena ketika ditemui Jubi di Sentani, Jumat (13/1/2017).

Anak sekolah dari Kampung Babrongko ini merasa pendidikan sangat penting. Sebab itu pesan orangtua yang selalu terngiang di telinganya.

Setiap hari harus bangun pagi tepat pukul 05.00 WIT, karena jarak antara kampung dan dermaga serta sekolah cukup jauh. Ia juga harus menghemat uang jajanan yang diberikan kedua orang tuanya.

“Setiap hari orangtua memberikan Rp 35 ribu, uang ini digunakan untuk transportasi pergi dan pulang sekolah. Baik untuk speedboat, ojek dan angkot, Rp 10 ribu untuk speedboat pergi dan pulang, Rp 10 ribu untuk ojek dari Dermaga Yahim ke Pasar Lama, 600 ribu rupiah untuk angkot, dan sisanya biasa untuk jajan dan keperluan lain. Jadi tidak ada alasan untuk tidak kesekolah,” ucapnya sambil memakai sepatu yang dipegangnya.

Hal senada juga di sampaikan oleh Marthina, siswi kelas VII SMP Negeri 2 Sentani. Menurutnya, sekalipun kondisi air danau yang naik ini adalah hal yang biasa baginya, karena setiap hari setelah pulang sekolah pasti aktivitas yang dilakukan ada di atas air danau ini.

“ Air naik seperti ini sudah biasa, karena setiap hari pasti setelah pulang sekolah bantu mama untuk mencari ikan dengan melepas dan tarik jaring ikan yang setiap saat kami lakukan,” jelas Marthina.

Sementara itu, Robby salah satu motoris di Kampung Baborongko yang sering mengantar jemput anak-anak sekolah di kampungnya mengatakan bahwa rutinitas yang dilakukan ini bukan hanya sekedar mengejar keuntungan dari masyarakat yang menggunakan jasanya.

“ Pendapatan kita setiap hari tergantung dari jumlah orang yang keluar masuk dari kampung ke kota. Kalau sedikit yang ke kota, pendapatan kita juga sedikit. Kalau banyak yang keluar, jelas pendapatan untuk satu hari itu meningkat. Jadi tidak tetap penapatan kita, tetapi juga ada semacam tanggung jawab dan beban bagi kami sebagai pelayan jasa trasnportasi seperti ini. Misalnya anak-anak sekolah, tidak harus kami pungut bayaran. Tergantung dari orangnya saja, itupun kami mengerti,” ungkapnya. (*)

Related posts

Leave a Reply