Anak hilang dan merebaknya isu penculikan anak

Papua No. 1 News Portal | Jubi ,

SEKITAR satu bulan terakhir ini isu penculikan anak merebak di kalangan masyarakat di wilayah Kota Merauke dan sekitarnya. Hal ini muncul, setelah adanya postingan dari orang yang tidak bertanggung jawab melalui media sosial.

Rupanya postingan tersebut disebarluaskan lagi dan menjadi buah bibir. Sehingga mencul kekhawatiran orangtua terhadap anak-anak mereka ketika sedang belajar di sekolah.

Begitu mencuatnya isu penculikan, dua orang anak masing-masing  Wilhelmina dan Vededika Kaimu yang sekolah di SD Biankuk hilang, tak kunjung pulang rumah sampai sekarang.

Ibu dari kedua anak itu, Adolvina Bapaimu dalam pertemuan bersama Kapolres Merauke, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Bahara Marpaung, bersama Forkopimda yang dihadiri Bupati Merauke, Frederikus Gebze, Rabu 28 November 2018, menuturkan anaknya hilang sampai sekarang, setelah pulang dari sekolah.

Dia mengaku pada tanggal 15 November 2018, kedua anaknya berangkat dari rumah pukul 06.30 WIT dengan berpakaian seragam menuju sekolah. Namun, sampai siang, keduanya tak kunjung kembali.

Lalu, menurut dia, sore hari bersama keluarga mencari. Selama beberapa hari, mendatangi teman-temannya untuk menanyakan, namun katanya mereka tidak tahu.

“Kami terus mencari sampai ke lokasi eks transmigrasi. Tetapi hasilnya nihil. Sehingga pada tanggal 21 November 2018, saya memutuskan mendatangi Polres Merauke sekaligus melaporkan,” katanya.

Lalu, jelas dia, saat itu polisi yang menerima laporan meminta agar foto anak bersama kartu keluarga, diambil, dan dibawa pulang ke Polres.

Hanya saja, katanya, sampai sekarang tak ada informasi keberadaan dua anak ini.

“Sebagai orangtua saya panik. Karena belum mengetahui kira-kira mereka dimana,” ujarnya.

Dia mengaku jika dalam beberapa minggu terakhir berkembang isu penculikan anak. Namun, ia tak berprasangka buruk terlebih dahulu.

“Saya bersama keluarga masih terus mencari. Mudah-mudahan keduanya dapat ditemukan dan berkumpul kembali dengan keluarga,” katanya.

Salah seorang guru di SD Biankuk, Oktovina Rosalinda, membenarkan jika kedua anak tersebut sekolah di situ. Hanya saja, dalam sebulan terakhir, mereka jarang masuk sekolah.

“Lalu dari penyampaikan orangtua tadi bahwa kedua anaknya hilang tanggal 15 November, saya harus klarifikasi. Pada tanggal tersebut, anak-anak diliburkan karena bertepatan dengan kedatangan Presiden RI, Joko Widodo,” ungkapnya.

“Jadi, saya juga bingung, kira-kira apakah kedua anak hilang atau tidak. Karena pada tanggal 15 November, tak ada kegiatan belajar mengajar di sekolah,” tegasnya.

Dijelaskan, dengan kabar hilangnya dua anak, membuat pihak sekolah tak tenang. Mestinya ketika orangtua tak mengetahui keberadaan mereka, harus melapor ke sekolah terlebih dahulu.

“Tidak ada laporan sama sekali dan kami dari sekolah hanya mendapat informasi dari orang lain tentang dua anak yang hilang,” katanya.

Dikatakan, selama ini orangtua juga jarang mengantar anaknya ke sekolah. Mereka dibiarkan jalan sendiri. Padahal, masih kecil dan mesti mendapat perhatian khusus.

Bahkan, lanjut dia, ada sejumlah anak yang dalam keadaan lapar ke sekolah. Sehingga mereka tak tenang ketika mengikuti proses belajar mengajar.

“Inilah kondisi riil yang terjadi. Saya harus sampaikan dalam forum agar dapat diketahui dan dipahami semua orang,” katanya.

Menanggapinya, Kapolres Merauke, AKBP Bahara Marpaung, berjanji akan menindaklanjuti dan ikut membantu mencari dua anak yang hilang itu.

“Kita harus membedakan kasus penculikan dan anak yang hilang atau tak pulang ke rumah. Ada banyak perbedaan. Ini disampaikan agar tidak menimbulkan persepsi berlebihan,” tegasnya.

Kapolres berjanji akan melakukan kroscek terhadap anggota yang menerima laporan anak hilang di bagian SPKT. Jika anggota tak menindaklanjuti, akan diberikan tindakan tegas.

Ditambahkan, tugas polisi adalah melayani dan bukan untuk dilayani. Jadi, ketika ada pengaduan dari masyarakat, mestinya segera disikapi dengan cepat. (*)

Related posts

Leave a Reply