Aktivitas pasar tradisional di Jayapura mulai normal

Sebagian pedagang di Pasar Hamadi, Kota Jayapura mulai berjualan - Jubi/Ramah
Sebagian pedagang di Pasar Hamadi, Kota Jayapura mulai berjualan – Jubi/Ramah

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Setelah empat hari aktivitas pasar di Kota Jayapura lumpuh, para pedagang mulai kembali menggelar jualannya. Mereka berharap kondisi tetap aman agar bisa menghidupi keluarga.

Read More

Kondisi Kota Jayapura mulai normal usai aksi protes masyarakat asli Papua terhadap ucapan rasial di Surabaya pada Kamis, 29 Agustus 2019. Aksi protes di Kota Jayapura tersebut berujung rusuh yang menyebabkan sejumlah bangunan terbakar.

Dari pantauan Jubi pada Selasa, 3 September 2019, warga mulai beraktivitas seperti biasa. Toko, kios, dan mal kembali buka. Di jalan raya tampak aktivitas kendaraan mulai ramai. Pejalan kaki juga kembali lalu-lalang. Begitu juga dengan pedagang di pasar-pasar tradisional.

Di Pasar Hamadi dan Pasar Youtefa para pedagang seperti penjual komoditas pertanian, aksesori, sembako, penjual pakaian, dan ikan tampak sudah menjajakan dagangan mereka.

Meski demikian, baik di Pasar Hamadi dan Pasar Youtefa masih ada pedagang yang belum berjualan. Hal ini terlihat dari lapak atau tempat pedagang berjualan masih kosong.

Seorang penjual ikan asap di Pasar Hamadi, Yuliance Waromi, mengaku tidak ada pilihan lain selain berjualan agar tetap bisa menyambung hidup dari dagangan yang sudah digelutinya 40 tahun.

“Hanya saya hati-hati saja karena saya dengar akan ada aksi kerusuhan susulan, kalau dalam Pasar Hamadi ini saya takut, baru siapa yang mau kasih makan saya,” ujarnya.

Dikatakan Waromi, saat aksi protes menyikapi tindakan rasis terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, ia tetap berjualan. Sampai ada pedagang lain yang memberitahunya untuk segera pulang.

Waromi yang selalu memegang prinsip hidup berdoa sebelum bekerja merasa tidak takut. Alasannya ia bergatung kepada hasil berjualan ikan asap untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari,

“Kalau ada kekacauan hindari diri saja dari tempat itu, sampai pemerintah dan aparat keamanan atur aman. Selama aksi protes itu saya empat hari tidak jualan. Sekarang baru jualan karena siapa yang mau kasih makan,” imbuhnya.

Waromi bersama pedagang lainnya sudah menggelar dagangan setelah pemerintah dan aparat keamanan memastikan keamanan Kota Jayapura sampai benar-benar kondusif.

“Sudah dua hari ini aparat keamanan jaga di Pasar Hamadi, saya harap kejadian aksi sambil bakar-bakar gedung kantor dan toko tidak terjadi lagi di Kota Jayapura, kitong (kita) semua harus hidup damai dan rukun,” katanya.

Arman, penjual komoditas pertanian di Pasar Hamadi, juga sudah berjualan seperti biasanya. Ia mengaku tak lagi khawatir terhadap kondisi keamanan, sebab jalan-jalan sudah dapat dilalui karena sudah tidak ada lagi penutupan jalan.

“Jangan terjadi lagi, kita punya mulut harus dijaga baik-baik sehingga tidak membuat resah masyarakat, saya sangat menyayangkan aksi protes ini sehingga membuat masyarakat yang lain takut,” ujarnya.

Arman mengaku setelah empat hari tidak berjualan tidak mendapatkan penghasilan. Bahkan sebagian dagangannya ada yang busuk membuatnya rugi.

“Penghasilan saya setiap hari kalau dirata-ratakan bisa dapat sampai Rp1 juta bersih, langganan saya kebanyakan warung makan, semoga aman-aman saja, kalau tidak jualan mau dapat modal usaha dari mana,” katanya.

Berbeda dengan Waromi dan Arman, seorang penjual sayur di Pasar Youtefa, Siska Pekey, mengaku sejak aksi protes tersebut tidak berjualan karena takut meski pemerintah dan aparat keamanan sudah mengimbau warga untuk beraktivitas.

“Saya belum jualan, sudah lima hari saya tidak jualan, saya hanya datang lihat-lihat saja tempat jualan dan saya punya sayur, ternyata tidak terjadi apa-apa,” ujarnya.

Pekey memilih belum berjualan karena mendapatkan informasi akan ada pendemo datang ke Pasar Youtefa.

“Sejak hari pertama kerusuhan, saya langsung cepat-cepat tutup jualan saya dan lari menyelamatkan diri karena takut, empat hari tidak datang ke pasar, saya berharap kerusuhan ini cepat reda,” katanya.

Pekey juga berharap kepada pemerintah dan aparat keamanan untuk terus melakukan pendekatan persuasif, berkomunikasi dengan pemuka agama dan masyarakat agar kasus serupa tidak terjadi lagi di Kota Jayapura.

“Kalau aman-aman saja pasti aktivitas terus berlangsung sehingga masyarakat tidak merasa takut dan tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga, karena kerusuhan dapat merugikan semuanya” ujarnya.

Wali Kota Jayapura Benhur Tomi Mano memastikan situasi Kota Jayapura saat ini dalam keadaan aman dan kondusif.

“Saya percaya kota ini sudah aman, untuk itu yang masih mengungsi dan punya rumah yang tidak habis terbakar, mari kembali ke rumah masing-masing,” katanya.

Tomi Mano mengaku terus melakukan upaya pendekatan dengan paguyuban, kepala suku, dan komponen masyarakat lainnya.

“Mari kita jaga kota ini sebagai honai kita bersama, jaga persatuan, solidaritas, dan kerukunan sehingga masyarakat di Kota Jayapura ini bisa beraktivitas dengan aman dan nyaman,” ujarnya. (*)

Editor: Syofiardi

Related posts

Leave a Reply