Papua No. 1 News Portal | Jubi,
Yahukimo, Jubi – Bupati Yahukimo Abock Busup melakukan kunjungan kerja keduanya di tahun 2018 ini, di Kampung Sosi, Distrik Holuwon, untuk meresmikan Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Jemaat Bethesda Kwiria, Kamis (22/2/2018).
Dalam kunjungan tersebut, Abock disambut hangat oleh masyarakat adat Yali, dengan diiringi lagu serta teriakan khas, sebagai tanda tamu penting telah datang. Kehadiran Abock ini selain menjadi jawaban atas hadirnya pemerintah, juga membawa kebahagian pada masyarakat, karena selama ini, pembangunan di daerah itu terbilang minim.
Abock memberikan apresiasi kepada masyarakat dan perangkat desa, karena telah memaksimalkan penggunaan anggaran mereka untuk membangun rumah ibadah.
“Gereja sudah dibangun sehingga kita (Bupati) datang meresmikan saja, karena mereka manfaatkan dana desa untuk bangun Gereja. Dengan harapan, Gereja yang saya resmikan ini, bisa untuk beribadah dan memuji Tuhan. Kami memang ada berikan bantuan, namun lebih banyak gunakan anggaran desa sendiri,” kata Bupati Abock.
Sementara itu, Ketua Panitia Pembangunan, Aten Kobak mengatakan, Gereja tersebut dibangun atas permintaan jemaat dan masyarakat disana, yang dibangun sejak 2012 hingga 2014, dan baru diresmikan saat ini.
“Kami bangun gereja ini dananya diperoleh dari kepala kampung, sumbangan kader, jemaat. Dana yang dibangun untuk gereja sebesar Rp 285 juta,” katanya.
Aten Kobak menjelaskan, kendati menuju ke tempat mereka dengan medan yang sangat sulit, tetapi pemerintah bisa menyempatkan diri hadir, melihat dan meresmikan Gereja tersebut.
"Gereja dibangun dengan swadaya masyarakat tetapi dan kami mengundang Bupati datang untuk meresmikan. Karena bupati anak injili, dan anak kami disini," ujarnya.
Sulitnya akses dan medan yang berat menuju ke Kampung Sosi, membuat masyarakat di sana antusias dengan kedatangan Bupati. Bagaimana tidak, satu-satunya cara untuk menjangkau ke pusat kota Kabupaten Yahukimo dan Wamena hanya dengan berjalan kaki.
Kedatangan Abock pun terbilang harus melalui proses yang mahal. Bayangkan saja, akibat sulitnya kondisi geografis, dirinya harus menyewa helikopter dengan biaya selangit, yakni berkisar Rp 20 hingga Rp 30 juta dalam sekali penerbangan.
“Karena keberadaannya di tengah-tengah celah kaki gunung, daerah kami ini medannya sulit, sehingga satu-satunya untuk menjangkau ke Sosi adalah dengan helikopter dengan biaya tak murah sekali penerbangan. Makanya kami berterima kasih sekali Bupati mau hadir,” ungkap Aten Kobak. (*)