Ketersedian air bersih di puskesmas di Mamberamo Tengah sangat terbatas

papua
Alat pengelolaan air bersih di Puskesmas Yoka, Kota Jayapura. - Jubi/Theo Kelen.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Ketersedian air bersih bagi pelayaan puskesmas yang berada di Kabupaten Mamberamo Tengah, Papua masih sangat terbatas. Para pertugas kemudian harus menyiapkan tandon untuk menampung air hujan sehingga ketersediaan air untuk pelayanan tercukupi.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Mamberamo Tengah Helda Walli, S. Kep, Ns, M, Kep mengatakan berdasarkan survei yang dilakukan WASH FIT dan UNICEF bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Mamberamo Tengah, Papua pada 2019 dan 2020 di lima puskesmas menunjukkan hasil 95 persen akses air bersih tidak tersedia di puskemas tersebut.

“Inilah potret keterbatasan air bersih yang ada di semua puskesmas di Kabupaten Mamberamo Tengah, Papua,” kata Walli dalam acara Webinar yang diselenggarakan Tribunpapua.com dengan topik “Memastikan Ketersedian Air, Sanitasi, dan Kebersihan di Puskesmas” pada Selasa, 7 Desember 2021.

Kabupaten Mamberamo Tengah, Papua memiliki 10 puskesmas, tetapi baru enam puskesmas yang terintegrasi di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan status nonrawat inap dan rawat inap. Di antaranya Puskemas Dogobak, Puskesmas Eragayam, Puskesmas Ilugwa, Puskesmas Kelila, Puskesmas Kobakma, dan Puskesmas Megambilis.

“Ketika tiba musim kemarau maka kebutuhan akan pelayanan akan terbatas dan kita jumpai tidak ada air bersih di puskesmas-puskesmas tersebut,” ujarnya.

BACA JUGA: Jelang Natal dan Tahun Baru, KSOP Jayapura perketat prokes

Walli mengatakan letak Kabupaten Mamberamo Tengah yang terletak di pegunungan membuat akses air bersih sangat terbatas. Tantangan terbesar lainnya adalah perilaku masyarakat yang kurang merawat sarana umum yang sudah dibangun pemerintah, misalnya masih ada masyarakat yang memotong pipa air dan air yang tersumbat tidak dibersihkan.

“Saya melihat dengan survei turun ke kampung-kampung sehingga itu juga menjadi tantangan kami di daerah,” katanya.

Walli mengatakan untuk mengantisipasi kekurangan air maka puskesmas telah menyediakan tandon yang begitu banyak untuk menampung air ketika musim hujan untuk bisa mencukupi kebutuhan pelayanan sehari-hari di puskesmas.

Sedangkan dampak yang dirasakan secara langsung dengan keterbatasan air tidak ada karena rata-rata pengunjung yang datang ke puskesmas 15 orang sampai dengan 30 orang per hari, maka untuk pasien petugas selalu memastikan menyedikan air di setiap ruang tindakan.

“Tetapi misalnya untuk di toilet untuk membuang air kecil, yah harus diangkat airnya dari luar harus disiapkan sendiri oleh pengunjung atau yang menggunakan toilet, karena di kamar mandi sendiri air yang langsung mengalir itu sangat terbatas,” ujarnya.

Pemerintah Kabupaten Mamberamo Tengah, Papua, kata Walli, melalui Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) pada 2022 akan mengangarkan sebagian dari Dana Otsus untuk dibuat sistem peyedian air minum perpipaan berbasis masyarakat. Kegiatan tersebut untuk peningkatan ketersediaan debit air untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan di puskemas dan layanan umum seperti pasar.

“Jadi akses air bersih ini bukan hanya tidak tersedia di puskemas, tetapi juga di sekolah-sekolah seperti SD dan SMP. Bahkan pasar dan tempat-tempat umum serta masyarakat juga terbatas akses air bersihnya,” katanya.

Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan akses air bersih dan sanitasi yang rendah. Di mana akses pelayanan air di puskesmas untuk layanan air dasar di Papua hanya 48,31 persen, di bawah nasional sebesar 55 persen. Sedangkan untuk layanan sanitasi dasar, puskemas di Papua 32,58 persen, layanan sanitasi terbatas 53,65 persen, dan tidak ada layanan sanitasi atau puskesmas yang tidak memiliki toilet mencapai 13,76 persen.

“Bagi yang bertanggung jawab untuk puskesmas harus bisa memahami tentang toilet, karena ada puskesmas yang sudah dibangun tapi tidak ada toiletnya maupun tidak terpisah antara toilet staf dan pasien,” kata Ir. Doddy Izwardy, MA, kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (*)

Editor: Syofiardi

Leave a Reply