Serangan tersebut terjadi saat Amerika Serikat dan Taliban diduga telah makin dekat dengan kesepakatan setelah babak pembicaraan maraton di Ibu Kota Qatar, Doha.
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Kabul, Jubi – Afghanistan mengutuk serangan mematikan yang terjadi pada Jumat, (16/8/2019), terhadap satu masjid di daerah terpencil Pakistan. Serangan itu dilaporkan menewaskan saudara pemimpin Taliban, Mullah Hebatullah.
Serangan tersebut terjadi saat Amerika Serikat dan Taliban diduga telah makin dekat dengan kesepakatan setelah babak pembicaraan maraton di Ibu Kota Qatar, Doha.
Juru Bicara buat Presiden di Kabul, Sediq Sediqqi, mengatakan serangan mematikan terhadap satu tempat suci patut dikutuk. “Tapi peristiwa di dekat Kota Quetta (di Pakistan) ini menunjukkan pemimpin Taliban berpusat di Pakistan, mereka memiliki pangkalan mereka dan berkeliaran dengan bebas di sana,” kata Sediqqi dalam satu pernyataan.
Baca juga : Pemilu Pakistan diwarnai bom bunuh diri
Targetkan Umat Kristen, Bom Bunuh Diri di Pakistan Tewaskan 65 Orang
Serangan Bom di Pakistan Enam Korban
Islamabad belum mengomentari pernyataan Afghanistan tersebut, namun Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi mengatakan negaranya akan terus memfasilitasi pembicaraan perdamaian Afghanistan yang sedang berlangsung.
Kantor berita Afghan Islamic Press, adik pemimpin Taliban Hafiz Ahmadullah termasuk di antara empat orang yang tewas selama serangan Jumat di Kota Kecil Kuchlak, yang terpencil, di dekat Provinsi Kandahar di Afghanistan.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, sementara Taliban belum mengomentari pemboman tersebut.
Amrullah Saleh, Wakil yang diusulkan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani untuk pemimpin umum tahun ini, telah mencap peristiwa itu sebagai masalah pertikaian intern di kalangan gerilyawan Taliban.
Sediqqi mengatakan Afghanistan berharap kesepakatan masa depan antara AS dan Taliban akan menjamin gencatan senjata menyeluruh, memulai pembicaraan langsung dengan pemerintah dan penarikan dengan syarat bagi penarikan tentara Amerika. (*)
Editor : Edi Faisol