Afganistan larang siswi sekolah menyanyi

Papua, tentara AS
Tentara AS dengan anak di Afganistan

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi – Menteri pendidikan Afganistan mengeluarkan kebijakan melarang siswi sekolah usia berusia 12 tahun ke atas menyanyi di depan umum. Dekrit Kementerian Pendidikan Afganistan itu tertera dalam sebuah surat yang bocor ke media pada hari Rabu, (10/3/2021).

Read More

Laporan Al Jazeera menyebutkan siswa perempuan di atas usia 12 tahun tidak akan lagi diizinkan untuk bernyanyi dalam upacara publik kecuali jika acara tersebut semuanya dihadiri perempuan. Kementerian juga memutuskan siswa perempuan tidak akan diajar oleh guru musik laki-laki.

Baca juga : Hakim Agung wanita di Afghanistan meninggal ditembak 

Dua jurnalis perempuan Afghanistan tewas ditembak dalam satu bulan ini

Uni Eropa sebut belasan ribu anak pencari suaka tahun lalu tanpa pendamping

Juru bicara Kementerian Pendidikan Afganistan, Najiba Arian membenarkan larangan kepada media Afganistan, TOLONews, ia mengatakan keputusan itu berlaku untuk semua 34 provinsi Afganistan.

“Keputusan tersebut diambil setelah adanya keluhan dari keluarga atas beban belajar yang tinggi di pundak para siswa di sekolah menengah dan sekolah menengah atas,” kata Arian.

Namun, kementerian tidak menjelaskan mengapa larangan tersebut hanya berlaku untuk anak perempuan atau mengapa acara yang semua perempuan dikecualikan.

“Semua anak laki-laki dan perempuan dapat menggunakan hak mereka secara setara dan bebas di dalam hukum,” kata AIHRC dalam pernyataan hari Rabu, dikutip dari TOLONews.

AIHRC mengatakan setiap pembatasan pada hak dan kebebasan anak bertentangan dengan prinsip umum hak asasi manusia, konvensi tentang hak-hak anak dan hukum nasional Afganistan, khususnya konstitusi dan hukum tentang perlindungan hak-hak anak.

Diharapkan setiap keputusan Kementerian Pendidikan yang menolak mengizinkan anak untuk berpartisipasi dalam pertemuan dan program publik, untuk merayakan dan menyambut dalam rangka mendukung prinsip kebebasan, kesetaraan dan perlindungan untuk kepentingan tertinggi anak dan tidak mempromosikan diskriminasi gender.

Sementara pemerintah Inggris mengatakan sedang menyelidiki apakah pemerintah Afganistan telah melarang anak perempuan bernyanyi di sekolah yang didanai oleh yayasan dan badan amal Inggris.

Inggris telah menggelontorkan puluhan juta poundsterling untuk pendidikan dan gaji pegawai pemerintah Afganistan dalam dua puluh tahun terakhir, dan telah membantu 300 ribu anak perempuan agar bisa bersekolah dalam enam tahun terakhir.

“Kami segera mencari klarifikasi dari Kementerian Pendidikan Afganistan mengenai laporan ini, dan implikasi potensial untuk pekerjaan pendidikan yang didanai Inggris,” kata juru bicara Kantor. (*)

Editor : Edi Faisol

 

Related posts

Leave a Reply