Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi – Juru bicara Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Nabire, Dr Toto Suprapto MM mengatakan 83 orang tenaga kesehatan di rumah sakit itu terkonfirmasi positif COVID-19. Peningkatan jumlah kasus baru COVID-19 yang ditangani RSUD Nabire membuat tenaga kesehatan rumah sakit itu kewalahan.
Toto menjelaskan tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif COVID-19 itu berasal dari berbagai ruang pelayanan di rumah sakit, termasuk Intensive Care Unit atau ICU (2 orang), ruang isolasi (4 orang), poliklinik (17 orang), Istalasi Gawat Darurat (14 orang). Di antara 83 tenaga kesehatan yang positif COVID-19 itu juga ada dua orang tenaga kesehatan non medis yang bekerja sebagai staf kantor RSUD Nabire.
Menurut Toto, tenaga kesehatan yang positif COVID-19 itu mengalami gejala ringan dan tengah menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. “Itu baru tenaga kesehatan di RSUD Nabire. Kami belum tahu [ada tidaknya kasus positif COVID-19 yang dialami] tenaga kesehatan di luar, misalnya di puskesmas. Kalau masyarakat umum yang sedang dirawat inap ada 42 orang, dengan gejala sedang sampai berat,” kata Toto saat dihubungi Jubi di Nabire, Papua, pada Rabu (21/7/2021).
Baca juga: 48 tenaga kesehatan positif COVID-19, RSUD Paniai akan tutup poli umum
Toto mengakui lonjakan kasus baru COVID-19 di Kabupaten Nabire, Papua, semakin membebani tenaga kesehatan di RSUD Nabire. “Kami kewalahan, apalagi kasus terus bertambah saban hari. Tahun lalu tidak seberat ini,” kata Toto.
Perawatan pasien COVID-19 di RSUD Nabire juga terkendala oleh rusaknya sejumlah ventilator, sehingga sebagian besar pasien yang membutuhkan bantuan pernafasan dirawat dengan pemberian oksigen medis produksi RSUD Nabire. Mesin produksi oksigen medis RSUD Nabire berkapasitas 60 tabung per hari, namun kebutuhan tabung oksigen saat ini sudah mencapai 80 – 90 tabung per hari.
Di Nabire ada dua perusahaan produksi oksigen medis, namun kedua perusahaan itu telah berhenti berproduksi karena alat produksi oksigen medis mereka rusak. Toto menyatakan pihaknya telah melaporkan masalah ketersediaan oksigen itu kepada Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Nabire, dan meminta bantuan pengadaan oksigen.
Baca juga: Semua ruang VIP dan Kelas RSUD Jayapura habis terpakai pasien COVID-19
“Kami khawatir hangan sampai mesin [produksi oksigen RSUD Nabire] terus dipaksakan [berproduksi, dan malah] berakibat rusak. Kami harap ada bantuan dari Pemerintah Kabupaten Nabire untuk mengadakan oksigen, tolong sekali,” kata Toto.
RSUD Nabire juga mengalami kesulitan untuk membiayai perawatan pasien COVID-19, karena tagihan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan rumah sakit itu belum dibayar. Apalagi, sebagian pasien di rumah sakit itu menggunakan Kartu Papua Sehat, sehingga hanya membayar 50 persen dari tarif layanan rumah sakit.
“Apalagi RSUD Nabire bukan hanya melayani pasien dari Nabire, tetapi [juga menjadi] rumah sakit rujukan di Wilayah [Adat] Meepago. Pasiennya berasal dari beberapa kabupaten, seperti Paniai, Deyai, dan Dogiyai,” kata Toto.
Ia mengimbau warga Nabire untuk mematuhi protokol kesehatan COVID-19, demi menurunkan tingkat penularan COVID-19 di sana. “Protokol kesehatan itu utama selain vaksin, tolong masyarakat ikut aturan” harap Toto.
Baca juga: Realokasi anggaran seharusnya jamin ketersediaan oksigen di RSUD Yowari
Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nabire, Marcy Kegou menyatakan telah bertemu dengan Direktur RSUD Nabire. Ia menyatakan telah membahas keterbatasan peralatan, termasuk oksigen di RSUD Nabire.
“Saya beberapa hari lalu ketemu Direktur RSUD Nabire di ruangan saya. [Kami] bahas beberapa hal tentang penanganan COVID-19 di sana,” ungkap Kegou.
Komisi A DPRD Nabire berencana Pemerintah Kabupaten Nabire dan Dinas Kesehatan Nabire untuk membahas jalan keluar untuk membantu RSUD Nabire melayani pasien. Kegou juga berencana untuk berkomunikasi dengan Pemerintah Kabupaten Paniai, Deiyai, dan Dogiyai untuk bersama-sama membantu RSUD Nabire.
“Nanti setelah kunjungan kerja, kami undang Bupati dan Dinas Kesehatan Nabire, termasuk RSUD Nabire, untuk bersama-sama mencari solusi. Termasuk berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Paniai, Deyai dan Dogiyai,” pungkasnya. (*)
Ralat: Berita ini diralat pada 22 Juni 2021 pukul 12.48 WP. Dalam pemberitaan awal tertulis “Menurut Toto, sebagian tenaga kesehatan yang positif COVID-19 itu mengalami gejala ringan dan tengah menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Akan tetapi, ada 42 tenaga kesehatan yang mengalami gejala sakit sedang dan berat dan harus dirawat inap di rumah sakit. “Itu baru tenaga kesehatan di RSUD Nabire. Kami belum tahu [ada tidaknya kasus positif COVID-19 yang dialami] tenaga kesehatan di luar, misalnya di puskesmas. Tenaga kesehatan RSUD Nabire yang sedang dirawat inap ada 42 orang, dengan gejala sedang sampai berat,” kata Toto saat dihubungi Jubi di Nabire, Papua, pada Rabu (21/7/2021).” Informasi itu diperbaiki menjadi “Menurut Toto, tenaga kesehatan yang positif COVID-19 itu mengalami gejala ringan dan tengah menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. “Itu baru tenaga kesehatan di RSUD Nabire. Kami belum tahu [ada tidaknya kasus positif COVID-19 yang dialami] tenaga kesehatan di luar, misalnya di puskesmas. Kalau asyarakat umum yang sedang dirawat inap ada 42 orang, dengan gejala sedang sampai berat,” kata Toto saat dihubungi Jubi di Nabire, Papua, pada Rabu (21/7/2021).” Kami memohon maaf atas kesalahan tersebut.
Editor: Aryo Wisanggeni G