Menandai 83 tahun perkabaran Injil yang masuk ke kawasan barat Paniai di Dabedugu, Kampung Mogeya, 16 Januari 1939, warga mengusulkan kampungnya menjadi destinasi wisata rohani di Kabupaten Paniai.
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Ona Tebai sudah bersiap sejak pukul 7 pagi pada Minggu, 16 Januari 2022, lengkap dengan Moge, busana adat suku Mee yang dikenakan perempuan. Demikian pula Yeskiel Pigai, pemuda tinggi besar yang tampak gagah dengan koteka dan mahkota bulu burung imitasi.
Mereka berkumpul bersama puluhan pemuda pemudi lainnya. Menyambut para tamu undangan yang datang dari berbagai kampung di kawasan barat Kabupaten Paniai; Ketua dan pengurus Sinode Gereja Kingmi Papua dan perwakilan klasis-klasis, perwakilan Gereja Katolik di Kabupaten Paniai, perwakilan pemerintah Kabupaten Paniai dan distrik.
Ada tiga rangkaian acara yang dimulai sejak pukul 9 pagi hingga pukul 3 sore hari itu. Peletakan batu rencana pembangunan tugu peringatan masuknya Injil pertama kali di kawasan barat Paniai, peresmian Gereja Eben-Haezer I Mogeya, dan Ibadah Syukur peringatan 83 tahun HUT perkabaran Injil di kawasan barat Paniai.
Dalam sambutannya, Pendeta Tilas Mom, Ketua Umum Sinode Gereja Kingmi Papua, menegaskan pentingnya misi penginjilan ke dalam bersamaan dengan penginjilan ke luar.
“Ke depan ini kita akan dihadapkan pada banyak tantangan, percobaan dan hambatan, globalisasi, yang sangat susah ditahan dengan kata dan tangan kita. Kita harus mempersiapkan orang-orang untuk menjaga gereja besar ini dan firman Tuhan,” kata Tilas Mom yang baru saja terpilih menjadi Ketua Umum Sinode Gereja Kingmi Papua 2021-2026.
Sekretaris Umum Sinode Papua, Dominggus Pigai, kepada Jubi, Minggu (16/1/2022) menekankan makna penting dalam peringatan HUT Perkabaran Injil adalah bagaimana Injil telah membawa peradaban baru kepada masyarakat suku Mee.
“Momen tersebut adalah pintu bagi perubahan dan perkembangan baru. Menjadi momen refleksi sejauh mana perkembangan dan perubahan telah membawa kita hingga saat ini,” ujarnya setelah acara usai. Peringatan ini menurutnya juga menjadi momentum untuk memperkuat persatuan dan persahabatan antar umat dan gereja.
Dominggus Pigai mengingatkan pentingnya gereja turut menjadi sarana bagi anak-anak muda mengolah potensinya, mengelola administasi gereja, menjadi tempat bagi mereka mengasah keterampilannya melalui pelatihan-pelatihan, seminar-seminar yang berdampak pada pembangunan kepribadian, keahlian.
“Gereja juga diharapkan bisa menjadi tempat belajar dan meminimalisir konflik horizontal, antar warga, antar suku dan menjadi pusat perdamaian,” kata Sekretaris Umum Sinode itu.
Turut hadir sebagai tamu undangan Pastor Maipaiwiyai, Pr, dekenat di Paroki St, Franssiskus Obano, Paniai Barat. Ia melihat peringatan HUT Perkabaran Injil ini sebagai ingatan mencintai Injil, orang yang membawa Injil masuk dan masyarakat yang menerimanya.
“Dalam 83 tahun itu ingin ditunjukkan bahwa Injil punya pengaruh dalam kehidupan masyarakat, juga bentuk ucapan syukur kepala para pendahulu. Pesan terpentingnya bagaimana Injil bisa tercermin dalam pribadi setiap orang, keluarga dan kampungnya,” ujar Pastor Maipai.
Kampung wisata rohani
Ketua Paniai HUT Perkabaran Injil ke-83, Hanok Herison Pigai, di dalam pembukaan Ibadah Syukur mengatakan acara hari itu memiliki dua tujuan, “Yang pertama sebagai penghargaan terhadap sejarah masuknya Injil pertama kali di kawasan ini dan kedua karena sejarah itu penting diabadikan maka kami sepakat mengusulkan agar Mogeya menjadi kampung wisata rohani,” ujar Herison Pigai.
Panitia menyerahkan surat keputusan Kampung Mogeya sebagai kampung wisata rohani kepada perwakilan Pemerintah Kabupaten Paniai, untuk diteruskan kepada Bupati Paniai.
Sebelum Ibadah Syukur, rombongan tamu undangan terlebih dahulu melakukan doa di Dabedugu, Kampung Mogeya, lokasi yang diketahui menjadi tempat persentuhan pertama kalinya masyarakat asli suku Mee dengan Injil yang dibawa oleh Pendeta Russel Deibler.
Ketua Sinode Gereja Kingmi Papua, Tilas Mom mengatakan kepengurusannya yang baru akan mengkaji berbagai dokumen sejarah terkait peristiwa persentuhan pertama kalinya masyarakat suku Mee di bagian barat Paniai dengan Injil pada 16 Januari 1939. Sehingga peletakan batu tugu peringatan masuknya Injil pertama kali di bagian barat Paniai di Dabedugu, Mogeya, akan dilakukan setelah Sinode Kingmi Papua melakukan rapat perdananya dan menetapkan hasil kajian sejarah penting tersebut.
Di dalam pamflet Sejarah Perjalanan Perintisan Perkabaran Injil di Mogeya tahun 1939, yang dicetak oleh panitia HUT perkabaran Injil ke-83, menyebutkan Pendeta Russell Deibler adalah seorang misionaris C&MA (The Christian Missionary Alliance) yang menjadi perintis perkabaran Injil di bagian pegunungan tengah Neiuw Guinea.
Setelah menginjakkan kaki dan melakukan kontak dengan masyarakat asli suku Mee pertama kali di bagian barat Danau Tigi, Deiyai. misionaris Russel Deibler dibantu oleh dua orang pemandu asli suku Mee, menghabiskan 18 hari perjalanan menyusuri danau dan sungai hingga tiba di Enarotali, kawasan Danau Wissel, Paniai pada 13 Januari 1939. Deibler lalu melanjutkan perjalanan ke bagian barat hingga tiba di Dabedugu Kampung Mogeya, 16 Januari 1939.(*)
Editor: Syam Terrajana