Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Sebanyak 48 keluarga di Pulau Rani, Distrik Kepulauan Aruri, Kabupaten Supiori, Papua mengungsi sejak Jumat (3/12/2021) karena rumah mereka terendam air laut yang pasang tinggi. Hingga Senin (6/12/2021), para warga belum bisa kembali karena rumah mereka terendam air laut.
Hal itu dinyatakan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Supiori, Lukas Mansawan saat dihubungi Jubi pada Senin. “Mereka mengungsi ke tempat yang aman sambil menunggu bantuan dari Pemerintah Kabupaten Supirori. Kami sedang memproses bantuan hari ini. Mereka sudah tiga hari mengungsi, karena air pasang belum surut dan terpaksa harus mencari tempat yang aman,” kata Mansawan.
Ia menambahkan tingginya pasang air laut itu telah terjadi Oktober 2021, dan sempat surut pada November. “Namun sejak Jumat lalu, ternyata air laut [pasang tinggi dan] tidak surut, dan warga harus menyelematkan diri,”katanya.
Baca juga: BMKG: Waspadai gelombang setinggi 6 meter di perairan utara Papua
Menurut Mansawan hampir sebagian besar warga Pulau Rani berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), guru jemaat, dan nelayan. “Wilayah itu juga dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata favorit di Supiori,” katanya.
Mansawan menyatakan pihaknya mempertimbangkan relokasi warga Pulau Rani. Hal itu akan dilakukan jika air laut yang kini menggenangi pulau itu tidak surut lagi. “Kami akan melakukan evakuasi di Pulau Rani, dan melihat lokasi yang layak untuk dilakukan penempatan warga jika air tak surut kembali,” katanya.
Ia menyatakan pasang air laut yang tinggi tidak hanya membuat Pulau Rani tergenangi air laut. Sejumlah pulau di Selat Supiori juga mengalami pasang air laut yang tinggi, hingga sejumlah villa guest house milik Pemerintah Kabupaten Supiori juga terendam air laut.
Sekretaris Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Papua, Aiesh Rumbekwan mengatakan wilayah seperti Kabupaten Supiori, Biak Numfor dan Kabupaten Raja Ampat di Papua Barat rentan terendam pasang air laut dari Samudera Pasifik.
“Pemerintah harus memberikan pendidikan dan melakukan mitigasi serta adaptasi bencana bagi warga, terutama soal mata pencaharian mereka di laut. Saat ini adaptasi dan mitigasi bencana sudah harus dilakukan, agar warga menyesuaikan diri dengan air pasang yang terjadi,” katanya.
Rumbekwan menambahkan tren kenaikan pasang air laut sudah terjadi di berbagai wilayah di Pasifik Selatan, dan Fiji menjadi salah satu negara yang selalu terkena dampaknya. Banyak rumah warga Fiji yang terendam air laut itu berdampak kepada pendapatan warga, khususnya para nelayan. Sejumlah jenis ikan dikhawatirkan akan punah karena perubahan suhu air laut.
Baca juga: Sekolah Lapangan Gempabumi penting untuk mewujudkan masyarakat Sarmi yang siaga bencana
Pulau Rani adalah salah satu pulau kecil yang terletak disebelah selatan Supiori di Provinsi Papua. Pulau ini memiliki titik koordinat 0° 57′ 18.545″ LS, 135° 30′ 1.636″ BT. Laman internet Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Papua menyebutkan Pulau Rani hanya memiliki satu kampung, yaitu Kampung Yamnaisu.
Pulau itu dikelola menjadi daerah tujuan wisata bahari di Supiori, karena memiliki pemandangan pasir putih yang indah, pemandangan sunset yang cantik, dan terumbu karang yang menawan. Pulau itu terkenal dengan pasir timbul diujung barat pulau yang sangat luas, yang oleh masyarakat setempat disebut “urbinasi”. Saat air laut surut terendah, pasir timbul itu bisa menghubungkan Pulau Rani dengan salah satu pulau di sebelahnya, yaitu Pulau Insumbabi.
Laman internet Pusat Meteorologi Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG memperkirakan hingga 9 Desember 2021 akan terjadi gelombang laut setinggi 1,25 – 2,5 meter di perairan selatan Biak dan Teluk Cendrawasih. Gelombang laut setinggi 2,5 – 4 meter berpotensi terjadi di perairan barat Biak, perairan utara Biak, perairan timur Biak, dan perairan utara Jayapura dan Sarmi. Gelombang laut setinggi 4 – 6 meter berpotensi terjadi di Samudera Pasifik utara Biak, disertai angin kencang berkecepatan 15 – 30 knot. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G