Papua No. 1 News Portal | Jubi
Wamena, Jubi – Kesulitan mencari dana untuk pelunasan tunggakan kepada pihak lain, mahasiswa asal Jayawijaya yang kuliah di Yogyakarta meminta perhatian pemerintah daerah setempat untuk melunasi tunggakan tersebut.
Hal ini setelah dilakukannya kegiatan musyawarah besar mahasiswa Jayawijaya se Jaya-Bali, sekaligus seminar dan natal bersama pada 2018.
Demianus Daby selaku ketua panitia kegiatan kepada Jubi, Jumat (4/3/2022) di Wamena menyebut, dalam kegiatan tersebut mahasiswa menyewa tempat beserta makan minum di luar asrama Baliem sebesar Rp.125 juta.
“Jadi tunggakan sejak 2018 yang kami buat kegiatan selama satu minggu itu, dari total Rp.125 juta itu sebagian kami sudah bayar hasil dari penggalangan dana sebesar Rp.80 juta dan tersisa Rp.45 juta yang belum terbayarkan,” kata Demi Daby.
Dengan memiliki sisa tunggakan itu, sehingga mahasiswa Jayawijaya di Jogja telah mengajukan proposal ke pemerintah daerah untuk dapat meringankan beban mereka.
Karena kata Demi Daby, mahasiswa bersama pemilik tempat berlangsungnya kegiatan telah membuat pernyataan bersama yang dihadiri RT/RW setempat di Mapolsek Depok Timur, Yogyakarta, jika mahasiswa akan melunasi dengan jaminan yaitu asrama Baliem yang menjadi tempat tinggal mahasiswa.
Kami baru ajukan proposal tahun ini, karena dari 2019 setelah terjadi insiden rasisme di 2018 sehingga banyak mahasiswa yang pulang, sehingga mahasiswa terpencar, sehingga masalah itu dibiarkan. Akhirnya teman-teman kembali ke kota studi di 2020 akhir, katanya.
Sepulangnya kembali ke kota studi, mahasiswa di Jogja mulai kerja keras melakukan aksi penggalangan dana dan sebagian telah dilunasi.
“Kami harap surat proposal dan salinan surat pernyataan yang disampaikan ke Pemda Jayawijaya sekitar tiga minggu yang lalu bisa dijawab, ” katanya.
Sementara itu Koordinator Mahasiswa Jayawijaya di Yogyakarta, Ely Mabel saat dihubungi mengatakan jika dalam kesepakatan itu akhir Maret 2022 ini tunggakan sudah harus dilunasi.
Memang hingga kini teman-teman mahasiswa masih tinggal di asrama, tetapi kami pun sudah didesak untuk melunasi. Kami masih tinggal di asrama dan jalani kuliah namun masih sistem online/dalam jaringan (daring), kata Mabel. (*)
Editor: Syam Terrajana