Papua No. 1 News Portal I Jubi
Jayapura, Jubi – Festival Film Papua (FFP) perdana yang digelar oleh Papuan Voices, sebuah komunitas pembuat film (filmmaker) Papua, berhasil menjaring 25 film dokumenter dari Papua yang siap berlaga di dalam kompetisi.
"Sebetulnya ada 27 karya dokumenter yang datang dari berbagai wilayah di Papua seperti Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke, Keerom, Biak, Wamena, Sorong, Raja Ampat, Nabire, Timika dan Mimika, tapi 25 saja yang lolos dan masuk tahap penjurian," demikian dipaparkan Max Binur, Koordinator Papuan Voices dalam rilisnya yang diterima redaksi Jubi, Senin (24/7/2017).
Menurut panitia pelaksana, dari sebelas kota tersebut, cerita-cerita yang disampaikan cukup beragam, menyangkut tema kesehatan, pendidikan, ekonomi, politik dan keamanan, perempuan, budaya, alam, hingga sejarah.
Berikut judul film-film yang lolos seleksi kompetisi berdasarkan kota.
Dari Kota Jayapura diwakili oleh Salon Papua; SaPu Cerita; Untuk Novalinda dan Andrias; Tete Manam; dan Anak Papua Belajar.
Dari Kabupaten Sentani diwakili dua film, Danauku Hidupku, Budayaku Hidupku dan Sang Pendamping.
Dari Raja Ampat diwakili film Kehidupan di Hutan Mobak dan SASI, Konservasi Raja Ampat.
Dari Kabupaten Mimika diwakili dua film: Kerasnya Hidup di Surga Kecil dan Mama Amamapare.
Nabire diwakili oleh satu film, Pencurian SDA dan Pelanggaran HAM Papua (Fokus Kelapa sawit). Seperti halnya Keerom lewat film Truck Monce.
Merauke diwakili film Sota-Etalase NKRI Ujung Timur; Selamatkan Wati dan Jaga Siri Pinang Tetap Ada di Tanah.
Dari Sorong diwakili film Kokoda; Biak lewat film Pulau Numfor dan Perjuangan Tanpa Batas; dan Korowai diwakili Sekolah Tepi Sungai.
Wamena diwakili Maximum Impact; Aku adalah Bapak dan Mama; Melawan Stigma; Sa butuh ko pu cinta; dan Nagosa (Mama).
Pengumuman sepuluh film terbaik kompetisi akan dilakukan 30 Juli 2017 setelah melewati seleksi 4 orang juri: Alia Damaihati, Maria Kaize, Wens Fatubun dan Yerri Borang.
Sedangkan pengumuman tiga film terbaik dilakukan saat pembukaan FFP, 7 Agustus, sementara pemenang diumumkan pada penutupan FFP tanggal 9 Agustus.
Festival ini akan diselenggarakan di Vertente Sai, Kompleks Keuskupan Agung Merauke, Jalan Raya Mandala Kota Merauke 7-9 Agustus 2017.
"Acara festival tiga hari nanti tidak saja akan menayangkan film-film kompetisi, tetapi juga film-film Papua produksi Papuan Voices 1 dan 2 tahun 2011-2013, juga film-film inspirasi dari PNG, Belanda, Inggris, Jakarta, Bali, Yogyakarta, Makasar dan Nusa Tenggara Timur, jadi jangan lewatkan bagi anda yang ada di sekitaran Merauke ya," kata Elisabet Asrida, koordinator sie acara FFP.
Festival Film Papua bertujuan untuk memperkenalkan Papua lewat film-film dokumenter ke masyarakat luas baik di Papua, Nasional maupun Internasional, dengan harapan muncul perspektif baru yang menempatkan Papua sebagai subjek dalam melihat dan menentukan masa depannya sendiri, sekaligus berkontribusi mengakhiri ketidakadilan di Tanah Papua.
Tema yang diambil dalam Festival Film Papua Tahun 2017 adalah Bomi Zai Anim-Ha: Rumah bersama manusia sejati yang menghidupi identitas dan ingatan kolektif Masyarakat Adat Papua. (*)