Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempa Dewa) di Purworejo, Jawa Tengah berencana melapor ke Mabes Polri terkait giat penerjunan aparat dari jajaran polres setempat. Dasar pelaporan adanya kegiatan pengerahan sejumlah aparat Polres Purworwejo ke Desa Wadas.
“Kami akan melapor ke Mabes Polri, walaupun kita nggak tahu Mabes Polri akan menanggapi atau tidak,” kata Julian Dwi Prasetya selaku kuasa hukum warga Desa Wadas saat ditemui di Kantor Walhi Yogyakarta, Kotagede, Kota Yogyakarta, Kamis (4/11/2021) kemarin.
Baca juga : Pengamat sayangkan kriminalisasi diskusi hasil riset tentang konflik Papua
Konflik satwa liar dengan manusia, ini penjelasan Pantau Gambut
Eskalasi konflik bersenjata di Intan Jaya dipicu rencana penambangan blok Wabu
Menurut Julian, kedatangan para aparat beratribut lengkap seperti senapan laras panjang dan rompi anti peluru dianggap sebagai upaya intimidasi serta teror terhadap warga setempat.
Terlebih kegiatan polisi setidaknya telah terdokumentasikan oleh warga sebanyak 16 kali dalam kurun waktu 28 hari semenjak 22 September 2021.
Menurut Julian tindakan aparat ini memancing kegelisahan sekaligus membangkitkan trauma, terutama ibu-ibu dan anak-anak akan kenangan tindak kekerasan dan penangkapan terhadap warga Wadas 23 April 2021 lalu.
Kala itu kericuhan pecah di tengah rencana pemasangan patok untuk keperluan penambangan batuan andesit di desa tersebut. Aktivitas penambangan termasuk satu kesatuan dengan Proyek Strategis Nasional (PSN) pembangunan Bendungan Bener.
“Tindakan tanggal 23 April itu kami laporkan juga, mengirim surat keberatan ke Kapolri. Tetapi kami nggak tahu update-nya seperti apa kepada kami, kepada masyarakat Desa Wadas juga,” ujar Julian menjelaskan.
Ia menyebut ada trauma juga dari masyarakat, jangan-jangan ketika kita laporan ke Mabes Polri ini akan tidak ditindaklanjuti juga. Potensi pemikiran itu pasti terjadi karena pernah kita melakukan pelaporan tapi tidak ditanggapi. Tentu potensi ketidakpercayaan kepada polisi timbul lagi.
Surat laporan resmi segera dikirimkan oleh masyarakat Desa Wadas ke Mabes Polri. Terlampir di dalamnya hasil dokumentasi beserta kronologinya. Julian menekankan bahwa ketakutan warga Desa Wadas bukan pada kehadiran para aparat di lingkungan mereka. Melainkan soal upaya pengamanan rencana proyek pertambangan.
“Karena kan kemarin tanggal 23 April barisan polisi itu berada pada tempat di mana mereka melakukan pengamanan terhadap rencana proyek pertambangan,” ucap Julian menegaskan.
Perwakilan warga Wadas yang tergabung di Kawula Muda Desa Wadas (Kamudewa), Arafah menyebut kedatangan para aparat ke desa malah justru kian intens usai pihaknya mengadukan ke Walhi Yogyakarta 23 September lalu.
“Sebelumnya kan mereka sudah sering ke Wadas, cuma intensitas dari September hingga saat ini kedatangan mereka hampir tiap hari,” beber Arafah.
Sebelum 23 April itu mereka sudah sering ke Wadas cuma mereka ya nggak pakai perlengkapan selengkap.
Menurut dia, ada sekitar 10 hingga 12 aparat yang dikerahkan dalam setiap giat. Biasanya, menurut dia, mereka mendatangi rumah warga atau berjaga di desa sekitar yang berbatasan langsung dengan Wadas.
“Kalau ditanya alasannya patroli. Itu alasan akhir-akhir ini. Sebelumnya mereka alasannya ke Wadas mau bagi-bagi masker. Cuma pas ditelusuri ternyata di daerah lain mereka nggak membagikan masker,” katanya. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol