Papua No.1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Ukraina akan menarik pasukan dan peralatan militer yang terlibat dalam misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Afrika dan Eropa. Langkah itu dilakukan untuk memperkuat pertahanan Ukraina melawan invasi Rusia.
“Kami telah menerima pemberitahuan dari Ukraina terkait penarikan kembali peralatan dan kontribusi mereka dalam perdamaian,” kata seorang juru bicara PBB, dikutip Reuters, Rabu (9/3/2022).
Meski masih belum jelas kapan penarikan ini akan dilakukan. “Saat ini kami masih mengevaluasi apa dampak penarikan ini terhadap misi kami dan bagaimana cara kami mengurangi dampak tersebut,” kata juru bicara PBB itu lebih lanjut.
Sebelumnya Presiden Volodymyr Zelensky telah menandatangani dekrit bertujuan menarik seluruh pasukan perdamaian Ukraina untuk mendukung pertahanan negara, Selasa (8/3/2022).
Baca juga : NATO desak Rusia tempuh jalur diplomasi dalam krisis Ukraina
Saling tuding Rusia AS soal pengerahan tentara di Ukraina
Konflik Rusia Ukraina pasukan AS sudah tiba di Polandia
Ukraina sendiri terus dibombardir Rusia sejak 24 Februari lalu, saat Presiden Vladimir Putin memutuskan melakukan operasi militer khusus di negara itu.
Tercatat Ukraina menyumbang sekitar 300 tentara, polisi, dan staf dalam upaya perdamaian PBB. Kontribusi terbanyak Ukraina berada dalam misi Republik Demokratis Kongo yang dikenal dengan sebutan MONUSCO.
Juru bicara MONUSCO menuturkan, Ukraina memberikan delapan helikopter dan satu unit aviasi yang beranggotakan 250 orang. Ukraina juga menyumbang belasan polisi dan staf ke misi perdamaian PBB di Mali, Sudan Selatan, Sudan, Siprus, dan Kosovo.
Sejak Rusia menginvasi Ukraina hampir dua pekan lalu, kota-kota di negara itu dipenuhi dengan penembakan dan pengeboman. Akibat serangan ini, lebih dari dua juta orang harus mengungsi.
Ribuan warga Ukraina dan relawan asing juga dikabarkan telah mendaftar untuk ikut dalam perang ini, negara Barat juga mengirimkan alutsista militer mereka ke Kyiv. Namun, militer Ukraina masih membutuhkan banyak bantuan untuk melawan Negeri Beruang Merah. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol