TERVERIFIKASI FAKTUAL OLEH DEWAN PERS NO: 285/Terverifikasi/K/V/2018

“Tendang” rasisme dari Indonesia

Rasisme Papua
Pesepakbola Papua, Titus Bonai (kiri) dan Abdul Rahman (kanan), pemain Borneo FC bersama-sama mendukung kampanye menolak rasisme di Liga 1 musim 2019. – IG Borneo FC

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Aksi tak terpuji kembali mencoreng dunia sepak bola Indonesia. Penyerang PSM Makassar asal Papua, Patrich Wanggai baru saja mendapatkan serangan bernada kasar dan rasis di akun instagramnya.

Manajemen Persipura Jayapura juga ikut bersuara soal perlakuan rasis yang dialami penyerang PSM Makassar asal Papua, Patrich Wanggai usai laga turnamen Piala Menpora 2021 kontra Persija Jakarta, Senin malam (22/3/2021).

Manajer Persipura, Arvydas Ridwan Madubun yang akrab disapa Bento mengatakan, perlakuan rasis yang ditujukan kepada Patrich Wanggai di media sosial instagram itu adalah tindakan tak biadab dan tak bermoral.

Bento dengan tegas mengutuk perlakuan rasisme tersebut. Ia kecewa karena tindakan rasisme masih saja berulang terjadi di dunia sepak bola.

“Itu biadab dan tak bermoral, jelas kita kutuk keras tindakan-tindakan seperti itu. Sayangnya ini masih sering terjadi, dan dilakukan oleh oknum-oknum yang hidup di kota besar dan sudah maju, dan mereka yang mengaku paling toleran dan profesional,” tegas Bento kepada awak media Jubi, Selasa (23/3/21).

Baca juga: Komnas HAM sebut politik identitas sumber munculnya rasisme

Kata Bento, perlakuan rasis yang dialami oleh Patrich Wanggai itu secara tidak langsung bakal menjadi perusak tatanan hidup berbangsa di Indonesia. Apalagi, kejadian yang terus berulang ini seolah tak pernah hilang di dunia sepak bola. Tak hanya di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Padahal, kampanye anti rasis terus didengungkan.

“Sayang sekali, ini merusak tatanan hidup berbangsa, sepertinya di negara ini ada warganya yang selalu menganggap saudaranya yang lain adalah warga kelas dua, ini menyedihkan. Di saat FIFA, AFC dan PSSI terus kampanyekan anti rasis dan lain-lain, malah terjadi. Ini sangat buruk, kita tunggu apa yang akan dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dengan hal tersebut,” pungkas Bento.

Sebelumnya, penyerang PSM Makassar asal Papua, Patrich Wanggai yang juga merupakan mantan pemain Persipura Jayapura itu diserang di akun media sosial instagramnya usai kemenangan PSM kontra Persija Jakarta dengan skor 2-0.

Patrich mendapatkan serangan bernada kasar dan berbau rasis di akun instagramnya. Sontak, apa yang dialami oleh Patrich itu juga mendapatkan perhatian serius dari manajemen PSM.

“Suka cita kami yang seharusnya juga menjadi kebahagiaan seluruh pecinta sepak bola karena turnamen ini adalah permulaan yang baik bagi perkembangan sepakbola Indonesia yang setahun lebih tak berdenyut dikarenakan pandemi menjadi tercoreng dengan tindakan segelintir orang yang ‘menyerang’. Secara pribadi pemain kami Patrich Wanggai (akun instagram @wanggaipatrich) diserang dengan komentar bernada kasar, mengejek dan rasis,” tulis surat resmi manajemen PSM kepada PSSI.

Rasisme Papua
Penyerang PSM Makassar, Patrich Wanggai mendapatkan serangan bernada kasar dan rasis di akun medsosnya. – IG Patrich Wanggai

Dalam surat yang ditandatangani CEO klub PSM, Munafri Arifuddin itu menyebutkan, tindakan tersebut tak dapat diterima oleh akal sehat juga merendahkan martabat pihaknya, khususnya pelaku sepak bola Indonesia tanpa terkecuali dan tentu saja tidak berada dalam koridor kesopanan dan jauh dari kesan saling menghargai sesama manusia.

“Kami sangat menyayangkan adanya tindakan rasisme tersebut dan kami dalam kesempatan kali ini, dengan tegas menyatakan berdiri bersama Patrich Wanggai, dengan semangat yang sama dan  menentang apapun bentuk rasisme dalam sepak bola Indonesia yang sama-sama kita cintai,” tulis surat tersebut.

Bukan hanya pemain-pemain asal Papua maupun klub Persipura saja yang kerap mendapatkan perlakuan rasis. Aksi kurang terpuji ini bahkan sudah menjalar hingga ke dunia olahraga yang katanya menyatukan seluruh elemen dan alat pemersatu bangsa.

Baca juga: Natalius Pigai: kami melawan rasisme sistematis oleh negara

Di dunia sepak bola, sejumlah pemain berkulit hitam khususnya yang berkarier di Eropa sering mengalaminya. Yang masih anyar adalah winger Zenit St Petersburg, Malcom.

Dalam debut bersama klub barunya itu, mantan pemain Barcelona ini langsung mendapat perlakuan rasis saat tampil melawan Krasnodar di pekan perdana liga utama Rusia.

Menariknya, aksi rasis itu dilakukan oleh pendukung Zenit sendiri, dengan membentangkan spanduk penolakan pemain berkulit hitam di pinggir lapangan Stadion Gazprom. “Mari kita jaga tradisi kita, jangan mendatangkan pemain berkulit hitam.”

Dari kejadian itu, manajemen Zenit lantas mulai berpikir untuk menjual Malcom pada bursa transfer musim dingin 2020 nanti menurut laporan dari Sport.ru. Tindakan rasis terhadap pemain sepak bola berkulit hitam bukan hanya terjadi di Rusia saja. Beberapa liga top Eropa lain seperti Liga Inggris, Serie A Italia dan beberapa liga top lainnya.

Kampanye melawan rasisme di sepak bola terus di perjuangkan. Salah satu yang fenomenal dan kontroversial adalah aksi  selebrasi ‘why always me’ yang dilakukan Mario Balotelli pada pertandingan Manchester United vs Manchester City tahun 2010. Selebrasi ini terkenal karena dilakukan oleh pemain sepak bola kulit hitam yang sering menjadi korban rasisme. (*)

Editor: Jean Bisay

Baca Juga

Berita dari Pasifik

Loading...
;

Sign up for our Newsletter

Dapatkan update berita terbaru dari Tabloid Jubi.

Trending

Terkini

JUBI TV

Rekomendasi

Follow Us