Papua No. 1 News Portal | Jubi

Kupang, Jubi – Komisi IV DPR RI mempertanyakan pembabatan hutan lindung yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Hutan Lindung Bowosie di Satar Kodi, Desa Nggorang, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.  Pada Kamis, (25/8/2021) kemarin wakil rakyat di Senayan membahas hutan lindung dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya.

“Proyek KLHK dan Kemenpar tersebut harus dipertanyakan. Pasalnya, berbagai jenis pohon endemik dengan usia yang tidak muda harus dikorbankan,” kata anggota DPR RI Yohanis Fransiskus Lema, Jumat, (27/8/2021).

Baca juga :  Hutan sagu di pesisir Danau Sentani semakin berkurang

Kipra Papua dorong Perda Perlindungan Masyarakat Hukum Adat di Keerom

Organisasi perlindungan orangutan minta pedagang satwa liar dihukum berat

Menurut Lema pembabatan dilkaukan kementerian dengan menganti pohon dan bungga dyang didatangkan dari luar negeri. Hal itu dinilai tidak tepat karena membangun pariwisata impor meski tujuannya mempercantik bukit-bukit sekitar Labuan Bajo.

“Jelas sangat berbahaya dalam perspektif ekologis karena merusak keseimbangan alam. Selain itu, juga penebangan pohon adalah kabar buruk bagi masyarakat Labuan Bajo,” kata Lema menambahkan.

Menurut dia, lokasi penebangan hutan sangat dekat dengan lokasi mata air dan hutan Bowosie adalah harapan satu-satunya wilayah tangkapan air di Labuan Bajo. “Saat ini 14 mata air telah kering total karena pembangunan masif di daerah itu, dan pembabatan ini akan semakin berdampak,” ucap dia.

Ia menegaskan status hutan Bowosie adalah hutan produksi dan bersebelahan dengan hutan lindung. Jika akan digunakan untuk tujuan non-kehutanan, maka harus mengurus amdal dan mendapatkan persetujuan lingkungan untuk mengurus persetujuan penggunaan kawasan hutan.

“Yang saya ketahui, belum ada izin itu. Tanpa izin, tindakan pembabatan hutan adalah ilegal dan bisa dipidana,” kata Lema menjelaskan.

Ia menganjurkan agar KLHK dan Kemenperakraf membiarkan saja hutan Bowosie untuk tetap jadi jantung kehidupan kota Labuan Bajo. (*)

Editor : Edi Faisol

 

Leave a Reply