Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi – Kelompok pemerhati hak asasi manusia Myanmar, Burma Human Rights Network (BHRN), melaporkan tindakan junta militer Myanmar yang merazia dan membakar sebuah tempat ibadah masjid di Kota Ahlone, Yangon, pada Kamis (24/6/2021) kemarin.

Sedangkan pihak berwenang mengklaim kebakaran itu terjadi akibat masalah listrik. Namun, seorang saksi mata yang menjadi sumber menuturkan aparat sengaja menyulut api dan membakar masjid tersebut.

Baca juga : Junta militer Myanmar menolak embargo senjata PBB  

Krisis Myanmar, dua bom meledak dekat kantor partai afiliasi junta militer  

Milisi sipil terus terlibat pertempuran dengan junta militer Myanmar

BHRN menganggap ini bukan serangan pertama rezim militer terhadap kelompok minoritas di Myanmar terutama sejak kudeta berlangsung 1 Februari lalu. “Serangan terhadap umat Muslim dan Kristen di Myanmar ini tidak bisa ditoleransi dan komunitas internasional harus segera menyadari keseriusan insiden-insiden ini,” kata Direktur Eksekutif BHRN, Kyaw Win.

Ia menyebut militer Myanmar telah meningkatkan serangannya terhadap minoritas di negara ini sejak kudeta terjadi dan merasa yakin bahwa mereka tidak akan menerima dampak dan konsekuensinya.

Sedangkan pada awal Juni lalu, aparat junta militer juga merazia dua masjid yakni Masjid Mohnhyin dan Masjid Butaryonse Street di Kota Mohnhyin. Salah satu pengurus masjid dilaporkan ikut diciduk secara sewenang-wenang saat razia berlangsung.

Serangan junta militer tak hanya menyasar umat Muslim saja namun sebuah gereja Katolik tempat warga mengungsi di Kota Kantharyar Loikaw, Negara Bagian Kayeh pada Mei lalu. Tiga perempuan dan seorang pria tewas terbunuh dalam insiden itu.

Sehari sebelumnya, junta militer juga dilaporkan menghancurkan gereja milik etnis Karen di Kota Insein. Tiga orang termasuk seorang pastur dan orang dengan disabilitas dipukuli serta ditahan.

Pada 12 April, seorang pria Muslim yang tinggal di sebuah masjid di Tamwe, Yangon, tewas tergantung sambil mengenakan pakaian perempuan dan rias wajah.

Dalam pernyataannya, Kyaw mendesak komunitas internasional segera bertindak le ih tegas dan cepat lagi dalam membantu menghentikan kekerasan yang terjadi di Myanmar.

Ia juga mendesak komunitas internasional mengakui pemerintah tandingan junta militer, Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) sebagai perwakilan masyarakat Myanmar yang sah.

Berdasarkan data dari Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) korban tewas akibat bentrokan aparat keamanan dan penentang kudeta Myanmar mencapai 872 orang, sementara yang ditahan sebanyak 5.033 orang. (*)

CNN indonesia

Editor : Edi Faisol