Papua No.1 News Portal | Jubi
Timika, Jubi – Indonesia, rumah bagi salah satu tambang emas terbesar di dunia, berencana mendirikan bank emas untuk memacu perdagangan logam mulia di dalam negeri.
Disebutkan, Pemerintah sedang berkonsultasi dengan pihak termasuk bank sentral dan industri pertambangan, terkait rencana untuk mulai mengoperasikan bank pada 2024, kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.
“Ekspor kami ke negara-negara transit karena mereka memiliki sistem perdagangan emas yang lebih baik, baik Lldalam bentuk bank batangan atau bursa yang lebih baik dari kami,” kata Lutfi dalam wawancara dengan Bloomberg Senin (21/6). “Sebagai negara penghasil emas, mengapa kami menjualnya ke negara transit?”
Indonesia adalah produsen emas terbesar di Asia Tenggara, khususnya karena tambang Grasberg di Papua memegang salah satu cadangan terbesar di dunia.
Dorongan untuk menciptakan bank emas adalah bagian dari upaya Indonesia yang kaya akan sumber daya untuk mendaki rantai nilai komoditas. Dorongan itu termasuk memaksa penambang tembaga dan nikel untuk berinvestasi dalam penyulingan domestik, yang memungkinkan negara mendapat untung dari produk bernilai lebih tinggi daripada hanya ekspor bahan mentah.
Bank Emas atau bullion terlibat dalam kegiatan termasuk kliring, lindung nilai, perdagangan dan kubah emas dan logam mulia. Bank global yang terlibat dalam perbankan bullion ini termasuk JPMorgan Chase & Co. dan HSBC Holdings Plc, dan sebagian besar menjadi anggota London Bullion Market Association.
Memiliki bank emas dalam negeri akan mengurangi kebutuhan untuk mengimpor produk emas setelah mereka disertifikasi di luar negeri, membantu mengembangkan industri lokal dengan memberikan peluang pembiayaan, dan membiarkan bank sentral menggunakan instrumen emas untuk mengelola stabilitas, kata Iskandar Simorangkir, deputi makroekonomi dan koordinasi kebijakan keuangan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Indonesia saat ini mengekspor sebagian besar emasnya ke negara-negara seperti Singapura dan Australia, yang merupakan pusat perdagangan daripada konsumsi, kata Lutfi. Pemerintah sedang dalam pembicaraan dengan negara-negara pembeli emas, termasuk anggota Dewan untuk membuat kesepakatan perdagangan untuk bersaing dengan “negara transit” itu, tambahnya.
Maret lalu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sudah mengatakan bahwa pemerintah tengah mengkaji pembentukan bullion bank. Tujuannya, untuk mengelola emas salah satu komoditas andalan Indonesia.
“Salah satu yang sedang dikaji oleh pemerintah adalah pembentukan bullion bank. Ini tentu Pak Mendag (Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi) bisa mendalami bagaimana ekspor impor ini, karena sebagian juga digunakan untuk jewelry dimana dulu ekspor impor ini tentu terkait dengan PPN dan lainnya,” ujarnya dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021 pada awal Maret lalu.
Airlangga mengatakan emas merupakan salah satu komoditas yang harganya bisa bertahan, bahkan cenderung naik selama pandemi covid-19.
Berdasarkan bahan paparan Airlangga, disebutkan bahwa pembentukan bullion bank akan menguntungkan sejumlah pihak. Bagi pemerintah, bullion bank bisa menghemat devisa dan bagi industri keberadaannya bisa menjadi sumber pembiayaan proyek.
Indonesia sendiri merupakan salah satu pemain besar emas di kancah global. Tercatat, kinerja ekspor emas dan granula meningkat hingga US$5.280 juta sepanjang 2020 lalu.
Selain itu, Indonesia memiliki lokasi tambang emas terbesar kedua di dunia, yakni tambang Grasberg di Papua dengan cadangan emas mencapai 30,2 juta ounce. Hal tersebut membuat Indonesia menjadi produsen emas terbesar ketujuh di dunia dengan produksi sebesar 130 juta ton atau 4,59 juta ounce di 2020.
Pengelolaan emas di dalam negeri
Terpisah, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai rencana pemerintah untuk membentuk Bullion Bank merupakan kebijakan dan langkah strategis untuk memaksimalkan pengelolaan emas dalam negeri.
“Kalau melihat dari posisi cadangan emas di Indonesia yang merupakan salah satu yang terbesar dunia, tentu ini merupakan salah satu kebijakan strategis dalam pengelolaan emas di dalam negeri,” katanya kepada Antara di Jakarta Maret lalu.
Pembentukan Bullion Bank menurutnya akan mampu mendorong penghematan devisa negara karena hasil emasnya bisa disimpan di dalam negeri.
Kemudian diversifikasi produk yang bisa dijual oleh pihak bank serta nantinya masyarakat juga bisa mendapatkan imbal hasil dari emas yang disimpannya.
Tak hanya itu, menurutnya, emas yang merupakan logam mulia bersifat likuid jika ingin digunakan sebagai instrumen investasi akan menambah minat dan pilihan masyarakat dalam berinvestasi di sektor ini.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menambahkan selama ini Indonesia memang tidak cukup dalam mengelola dan mengembangkan industri perhiasan emas.
Sementara konsumsi emas Indonesia cenderung masih rendah dengan rincian untuk retail investment 172.800 ounce dan perhiasan 137.600 ounce.
Oleh sebab itu, Piter menuturkan Indonesia juga membutuhkan industri hilir yang mengelola emas agar industri perhiasan emas nasional mampu lebih optimal. (*)
Sumber: bloomberg.com/CNN Indonesia