TERVERIFIKASI FAKTUAL OLEH DEWAN PERS NO: 285/Terverifikasi/K/V/2018

Proyek karbon kredit dan hidrogen hijau bisa untungkan PNG

Mendiang Sir Michael Somare, mantan Perdana Menteri PNG, telah mengembangkan skema kredit karbon di negara itu sejak 2008. - EPA

Papua No.1 News Portal | Jubi

Sydney, Jubi – Papua Nugini dapat meraup keuntungan besar sementara perusahaan-perusahaan besar dan pemerintah dari seluruh dunia terus menghadapi tekanan agar mengurangi emisi karbon.

Dalam pertemuan iklim global, COP26, di Glasgow bulan ini, pemimpin-pemimpin dari seluruh dunia telah menyepakati langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membatasi pemanasan global pada 1,5°C di atas rata-rata tingkat pra-industri. Untuk mencapai target ini, ada penekanan yang besar dalam mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer bumi.

Salah satu pengusaha pertambangan raksasa Australia, Andrew ‘Twiggy’ Forest, telah memilih negara PNG untuk mengadakan sejumlah proyek energi bersih, termasuk hidrogen hijau dan panas bumi.

Ahli fisika Australian National University, Dr. Fiona Beck menerangkan bahwa hidrogen hijau adalah cara untuk menghasilkan energi tanpa menghasilkan karbon dioksida.

“Hidrogen hijau juga kadang-kadang disebut sebagai hidrogen terbarukan karena sumbernya adalah energi terbarukan,” jelas Dr. Beck.

Metode ini melibatkan penggunaan listrik dari sumber energi terbarukan untuk mengubah air menjadi gas hidrogen yang lalu dapat dijual, diangkut, dan digunakan untuk menghasilkan energi di kemudian hari. Tetapi bagi perusahaan-perusahaan yang tidak dapat mengurangi emisi mereka menjadi nol dengan mengubah tata laksana mereka, minat mereka semakin meningkat pada kredit karbon.

PNG telah berada di garis depan skema kredit karbon, yang disebut REDD+, berfokus pada perlindungan dan pelestarian hutan hujan yang ada di negara tersebut.

Ide itu dimulai oleh mendiang Sir Michael Somare, mantan Perdana Menteri PNG, dan telah dikembangkan sejak 2008 dengan bantuan PBB. Terlepas dari beberapa masalah terkait transparansi di tahun-tahun sebelumnya, PNG resmi menjual kredit karbon REDD+ pertamanya tahun ini.

Pengacara lingkungan hidup, Dr. Patrick Martin, mengatakan ada pasar internasional akan kredit karbon yang terus berkembang. “Maskapai-maskapai penerbangan adalah salah satu contoh lain dari perusahaan yang tertarik untuk mengimbangi emisi mereka, karena pada dasarnya mereka menghasilkan banyak emisi,” tambah Dr. Martin. “Beberapa aspek, mungkin bisa mereka kurangi, namun ada juga yang tidak. Jadi offset mungkin merupakan cara yang baik bagi untuk menuju net zero.”

Ada juga spekulasi bahwa perusahaan teknologi raksasa, Microsoft, mungkin tertarik untuk membeli kredit karbon REDD+ dari PNG setelah pendirinya Bill Gates dilaporkan bertemu dengan delegasi negara itu selang COP26. (Pacific Beat)

 

Editor: Kristianto Galuwo

Baca Juga

Berita dari Pasifik

Loading...
;

Sign up for our Newsletter

Dapatkan update berita terbaru dari Tabloid Jubi.

Trending

Terkini

JUBI TV

Rekomendasi

Follow Us