Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Pupus sudah harapan Elisabet untuk memanen sayurannya di Kota Jayapura, Papua. Banjir yang terjadi pada 6 Febuari 2022 merendam semua bendeng sayuran milik perempuan 65 tahun itu.

Sepuluh bendeng penuh sayuran kangkung, sawi, dan bayam terendam banjir, air bercampur lumpur. Hanya menyisakan satu bendeng kangkung. Itu pun sudah rata dengan tanah dan penuh lumpur. “Cuma sisa satu bendeng ini, yang lain sudah mati dan busuk,” ujarnya.

Elisabet sudah sepuluh tahun menjadi petani sayur. Petani asal Toraja itu menanam sayur di lahan milik Sinar Mas yang berdekatan dengan Pasar Youtefa Baru dengan sistem sewa pakai. Ia membayar Rp500 ribu per bulan untuk sepuluh bedeng yang digarapnya. “Lahan ini kami bayar juga,” katanya.

Elisabet harus mengikhlaskan lahan yang penuh sayur siap panen itu membusuk. Ini bukan yang pertama kali ia harus gagal panen. Pada 2020 ladang sayuran sepuluh kali terendam banjir. Kemudian pada 2021 sebanyak empat kali dan 2022 baru sekali terendam. Ia tetap bertahan karena tidak memiliki pilihan untuk pindah, sebab tidak mempunyai lahan lain.

Akibat terendam banjir Elisabet mengaku mengalami kerugian Rp10 juta. Tidak hanya sayur yang terendam. Pupuk lima karung dengan berat masing-masing 50 kilogram ikut rusak terendam banjir. “Semuanya hancur tidak tersisa satu karung pun,” ujarnya.

BACA JUGA: Warga Jayapura berburu pakaian bekas banjir di Pasar Youtefa

Nasib serupa juga dialami oleh Yahones Kiding. Delapan bedeng sayur siap panen milik laki-laki 40 tahun itu juga hancur akibat terendam banjir. Ia harus ikhlas tidak bisa memanen hasilnya. “Terendam semua, gagal panen kali ini,” katanya.

Kiding juga menggarap dengan sistem sewa pakai lahan milik Sinar Mas. Sebulan ia harus membayar Rp400 ribu untuk delapan bedeng miliknya.

Kiding mengaku hampir setiap tahun pasti terendam banjir. Ladang sayur dan pupuk ikut hancur terendam semua. Kali ia mengaku mengalami kerugian sekitar Rp4 juta. “Hitungnya per bedeng ruginya Rp500 ribu,” ujarnya.

Kiding berharap dari Pemerintah Kota Jayapura, khususnya Dinas Pertanian dapat memberikan bantuan berupa bibit dan pupuk bagi mereka. Tiap kali tanam petani menghabiskan sekitar tiga kilogram bibit per bedeng dan 6 kilogram pupuk per bedeng.

“Kalau bisa pemerintah bantu pupuk urea. Soalnya pupuk itu susah carinya. Kalau pupuk kandang gampang. Saya punya pupuk simpan di rumah, semua mencari karena terendam banjir,” katanya.

Petani sayur lainnya, Seba juga mengalami nasib yang sama. Sembilan bedeng milik pria 40 tahun itu ikut terendam banjir. “Ini yang terendam dua kali,” ujarnya.

Seba menanam sayur kangkung dan sawi. Ia menyewa lahan dengan biaya bayar Rp30 ribu per bedeng per bulan. Ia mengalami kerugian hingga Rp7 juta. “Baru tanam semua terendam, busuk semua,” katanya.

Pria yang sepuluh tahun menjadi petani itu juga berharap adanya bantuan dari Pemerintah Kota Jayapura berupa bibit dan pupuk. “Bibit dan pupuk toko itu yang kami sangat butuhkan saat ini,” ujarnya.

Berdasarkan data yang dihimpun posko induk tanggap darurat bencana banjir dan longsor Kota Jayapura yang terjadi pada 6 Januari 2022 itu, sebanyak 20.404 jiwa terdampak banjir dan longsor.

Para korban tersebar di empat distrik, yaitu Distrik Jayapura Utara sebanyak 1.018 jiwa atau sebanyak 240 kepala keluarga. Distrik Jayapura Selatan sebanyak 5.969 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.810, Distrik Abepura sebanyak 10.803 jiwa atau sebanyak 3.906 kepala keluarga, dan Distrik Heram sebanyak 2.614 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 714.

Lokasi banjir dan longsor terdapat di Distrik Jayapura Utara ada empat lokasi banjir dan 9 longsor, Distrik Jayapura Selatan lima banjir dan 11 longsor, Distrik Abepura ada empat banjir dan tiga longsor, dan Distrik Heram tiga banjir dan dua longsor. (*)

Editor: Syofiardi

Leave a Reply