Papua No. 1 News Portal | Jubi
Roma, Jubi – Para pemimpin dunia pada Minggu, (31/10/2021) membahas aksi untuk membuat rantai pasokan global lebih tangguh dalam menghadapi krisis kesehatan di masa depan. Masalah rantai pasokan muncul ketika dunia berusaha keluar dari resesi ekonomi akibat pandemi sehingga mengancam upaya pemulihan. Kendala itu telah memicu inflasi.
“Kita harus mengambil tindakan sekarang, bersama para mitra kita di sektor swasta, untuk mengurangi tumpukan (masalah) yang sedang kita hadapi. Dan kemudian, kita harus mencegah hal ini terjadi lagi di masa datang,” kata Presiden Amerika Serikat Joe Biden, dalam pertemuan pemimpin negara-negara kelompok 20 (G20) di Roma, Italia.
Biden menyebut rentannya jalur perdagangan global, khususnya selama pandemi yang bukan hanya krisis kesehatan global. “Kita juga perlu meningkatkan ketahanan kita dalam menghadapi perubahan iklim, bencana alam, dan bahkan serangan yang direncanakan,” kata Biden menambahkan.
Baca juga : KTT G20 bahas krisis kkemanusiaan Afghanistan
Sejumlah pemimpin dunia sampaikan duka kematian pangeran Philip
Pasokan pangan di Meksiko terhambat keamanan
Selain Presiden AS, pertemuan itu juga dihadiri para pemimpin dan perwakilan dari Indonesia, Uni Eropa, Australia, Kanada, Kongo, Jerman, India, Italia, Jepang, Meksiko, Belanda, Korea Selatan, Singapura, dan Spanyol.
Ringkasan tertulis dari Gedung Putih tentang pertemuan itu mengatakan negara-negara mengungkapkan kesediaannya untuk bekerja sama agar rantai pasokan menjadi lebih kuat.
Para pemimpin negara dunia pula mereka sepakat untuk bekerja lebih transparan dan berbagi informasi. Mereka juga sepakat tentang perlunya memiliki banyak pemasok yang dapat diandalkan untuk bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi.
“Keterbukaan dan komunikasi dapat mendorong respons yang cepat terhadap gangguan rantai pasokan, seperti yang dihadapi dunia saat ini, dan memungkinkan pelaku lain dalam rantai pasokan untuk mengambil langkah-langkah mitigasi,” kata tulis tersebut.
Para pemimpin juga menekankan perlunya keamanan, terutama dalam teknologi rantai pasokan, dan kondisi tenaga kerja yang adil dan berkesinambungan. Mereka mengatakan akan bekerja dengan sektor swasta untuk mencapai tujuan-tujuan itu. (*)
Editor : Edi Faisol