De’ Sagoo AB Radio mengisi acara pada puncak kampanye 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan di Kota Jayapura, Selasa 10 Desember 2019 – Jubi/IST

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi –Musik Reggae yang dimainkan De’  Sagoo AB Radio memecah keramaian halaman Dewan Kesenian Tanah Papua sejak pukul 17.30 – 21.30 WP. Ratusan warga Kota Jayapura memadati halaman DKTP mendengarkan alunan musik reggae yang diselingi kampanye isu perempuan oleh para aktivis yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil untuk Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan di Papua.

Meski sehari penuh Kota Jayapura dalam keadaan siaga satu, karena adanya kabar demonstrasi memperingati Hari HAM Internasional, namun Puncak Kampanye Puncak acara 16 hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan  atau HAKTP yang setiap tahunnya diselenggarakan bertepatan dengan hari HAM Internasional tetap terselenggara di Kota Jayapura

“Terima kasih kepada bapak Polisi, khususnya bapak Kapolres Jayapura Kota yang sudah mengizinkan kami melaksanakan puncak Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan di Papua,” kata Nourish selaku MC membuka acara, Selasa (10/12/2019).

Nourish menjelaskan, meskipun ada tema nasional, tahun ini  Koalisi memilih tema “Perempuan bergerak selamatkan manusia Papua” karena kondisi Papua yang cukup memprihatinkan pada tahun 2019 ini.

Pelaksanaan puncak acara itu sempat terhambat, setelah aparat kemanan tidak mengizinkan Puncak Kampanye 16 HAKTP dilaksanakan di pusat Kota Jayapura itu. Namun Tim Koalisi berhasil meyakinkan dan menjamin keamanan acara. Polres Jayapura Kota akhirnya mengizinkan, meski tetap dengan penjagaan puluhan aparat, baik yang berseragam maupun tidak berseragam.

Setelah peristiwa Amuk Massa 29 Agustus lalu, pada 1 September lalu, Kapolda Papua mengeluarkan maklumat soal larangan setiap orang melakukan demonstrasi dan menyampaikan pendapat di muka umum, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan perusakan dan pembakaran fasilitas umum serta dapat memicu bentrok antara kelompok masyarakat. Akibatnya, timbul kesunyian aktivitas masyarakat yang berhubungan ruang publik di Papua, khususnya di Kota Jayapura.

Peserta workshop dan diskusi rasisme konteks Papua di Abepura – Jubi/IST

Pada puncak acara, berbagai materi kampanye yang membuka wacana pendengar soal-soal perempuan disampaikan secara bergantian oleh para aktivis. Mulai dari tema pendidikan, kebijakan publik, KDRT, kesehatan reproduksi, lingkungan, kondisi perempuan Nduga yang terlupakan, hingga perekonomian perempuan Papua.

“Walau sudah ada pasar mama Papua,  tapi persoalan manajemen belum selesai. Perempuan harus tahu, mereka punya hak mendapatkan tempat berjualan yang layak,  dan mendapatkan bantuan pemerintah,” kata Rosa Moiwend saat membawakan kampanye soal ekonomi perempuan.

Menurutnya, pelaku ekonomi terbesar di Papua adalah perempuan, tapi kebijakan yang berpihak baginya masih sangat minim. “Masih banyak perempuan yang berjualan di pinggir jalan. Di tempat yang becek. Selama ini mereka diam dan tetap terima. Tetapi para pengambil kebijakan ini tidak malukah melihat perempuan Papua diperlakukan seperti itu,” katanya.

Kampanye dimulai sejak 25 November sampai 10 Desember itu dilaksanakan oleh berbagai organisasi, komunitas dan individu yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil untuk Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan di Papua

Lebih dari 1000 orang terlibat dalam kampanye 16 HAKTP. Menurut Direktur ELSHAM Papua, Pdt. Matheus Adadikam, meskipun diselenggarakan setiap tahun, kampanye tahun ini di Papua terasa berbeda karena banyak melibatkan laki-laki

“Saat ada banyak laki-laki, anak muda dan mahasiswa yang terlibat dalam kampanye 16 hari Anti Kekerasan Terhadap perempuan. Saya optimis ke depan prospek turunnya kekerasan terhadap perempuan akan terjadi di masa depan,” kata Adadikam, Selasa (10/12/2019).

Menurutnya, semakin banyak informasi yang benar kepada anak muda soal gender dan kekerasan terhadap perempuan, maka nilai-nilai kesetaraan akan dipahami oleh anak muda. “Karena untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan, tidak bisa perempuan saja yang paham dan bergerak, tetapi laki-laki juga harus paham,” katanya.

Selama 16 hari, ada berbagai kegiatan digelar, mulai dari pembukaan Posko Konsultasi dan Pengaduan Kasus Kekerasan terhadap Perempuan, liputan isu perempuan dan publikasi opini terkait isu perempuan, 6 kali pemutaran film di komunitas-komunitas anak muda dan Gereja, workshop tentang kesehatan reproduksi, workshop tentang perempuan dan perdamaian, bedah buku, “Sa Ada Di Sini”, diskusi rasisme konteks Papua, jejak petualang dan story telling, diskusi perempuan lintas denominasi gereja, konten medsos tentang peristiwa kekerasan di Paniai dan kampanye pada puncak peringatan hari HAM pada 10 Desember 2019 di Jayapura.

Acara pembukaan yang dilanjutkan dengan nonton film di Abepura, Senin 25 November 2019 – JUBI/IST

Selain di Kota Jayapura, kegiatan juga dilaksanakan bersama-sama dengan pengungsi Nduga di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Di lokasi pengungsian masyarakat Nduga Kampung Ilekma Wamena, koalisi melaksanakan diskusi-diskusi dan penguatan serta menyalakan lilin untuk memperingati 1 tahun kehidupan di pengungsian.

“Tidak ada agenda untuk melibatkan laki-laki secara khusus, namun kampanye tahun ini melibatkan laki-laki begitu banyak. Dan itu langkah yang sangat positif bagi penghapusan kekerasan terhadap perempuan,” kata Pdt. Magdalena dari KPKC Sinode GKI di Tanah Papua

Menurutnya kampanye ini dilakukan karena kepedulian dan keprihatinan akan kondisi perempuan dan anak di Papua dan Papua Barat yang minim dari perhatian pemerintah serta terus menjadi objek kekerasan di ranah domestik dan publik.

Kegiatan yang dilakukan sebagai gerakan bersama jaringan masyarakat sipil dan komunitas bertujuan untuk menggalang dukungan publik terhadap situasi perempuan di Papua dan Papua Barat agar terbangun  ruang aman bagi perempuan di wilayah domestik dan publik. “Hingga saat sekarang ini kekerasan terhadap perempuan, kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan akibat konflik masih terjadi di sekitar dan kita masih terus menutup mata akan hal itu.”

Pada akhir acara, Tim koalisi juga berterima kasi kepada Dewan Kesenian Tanah Papua dan berbagai pihak yang bersedia membantu hingga puncak kampanye dapat diselenggarakan dengan baik.(*)

Editor: Jean Bisay