Papua No. 1 News Portal | Jubi ,

Nabire, Jubi – SD Inpres Siriwini, Distrik Nabire, Kabupate Nabire memiliki 30 tenaga pengajar. Jumlah tersebut lebih banyak diisi oleh tenaga guru honorer yang berjumlah 19 orang.

Kepala Sekolah SD Inpres Siriwini, Pice F. Wanggai, mengatakan dari total tenaga pengajar yang ada, 11 guru berstatus PNS, empat di antaranya guru agama. Sebanyak 19 guru honorer, ada satu orang satpam dan satu orang petugas jasa kebersihan.

“Tenagan pengajar kami didominasi guru honorer. Guru PNS sangat kurang. Untuk memenuhi kebutuhan, terpaksa kami rekrut guru honorer. Kalo tidak demikian, kami kekuarangan tenaga pengajar,” ujar Wanggai, saat ditemui Jubi, di Nabire, Senin (19/11/2018).

Wanggai menambahkan kekurangan guru PNS bukan hanya SD Inpres Siriwini tetapi hampir semua sekolah di Kabupaten Nabire kekurangan guru PNS.

“Ya, mau tidak mau, kita pakai guru honorer,” tuturnya.

Para guru honorer, jelas Wanggai, mereka dibayar honornya dengan menggunakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Hal tersebut tergantung kebijakan masing-masing sekolah.

“Intinya, bagaimana caranya mereka harus dibayar sebab kami butuh guru. Kami sangat kekurangan guru dan mencari dari tamatan PGSD Nabire,” jelasnya.

Dia berharap jika ada pengangkatan pegawai harus diutamakan tenaga guru dan harus ada pemerataan sehingga terpenuhi persoalan kekurangan tenaga pengajar.

Sebelumnya, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Nabire, Viktor Tebai, mengakui masih banyak kekurangan guru di daerah ini. Bahkan pemenuhan kebutuhan guru belum memenuhi standar nasional sesuai peraturan pemerintah nomor 14 tahun 2005.

“Terutama standar pendidik dan tenaga pendidikan di dalam delapan standar nasional,” ujarnya.

Dari sisi kuantitas, imbuhnya, jumlah tenaga guru PNS belum memenuhi standar pendidik dan tenaga kependidikan. Sementara dari sisi kualitas, banyak yang belum memenuhi kriteria dan sertifikasi guru, karena kebanyakan guru masih mengajar mengunakan ijazah SPG (Sekolah Pendidikan Guru).

“Ada juga satu dua yang bukan dari jurusan guru tetapi bidang lain. Ini masih kita akomodir mengingat keterbatasan tenaga guru dan terpaksa menjadi guru,” katanya. (*)

Leave a Reply