TERVERIFIKASI FAKTUAL OLEH DEWAN PERS NO: 285/Terverifikasi/K/V/2018

Pemuda Katolik diminta kritis terhadap masalah di Papua

Pemuda Katolik Komda Papua
Ketua Pemuda Katolik Komda Papua bersama beberapa pengurus Komcab Boven Digoel - Jubi/IST

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Ketua Pemuda Katolik Komisariat Daerah (Komda) Papua, Alfonsa Jumkon Wayap, meminta kepada para pemuda Katolik di Tanah Papua selalu bersikap kritis, skeptic, dan realistis terhadap berbagai dinamika yang terjadi di tengah masyarakat.

Hal tersebut dikatakan Alfonsa Wayap, ketika menghubungi Jubi di Jayapura melalui keterangan tertulis, Kamis (4/11/2021).

Pasalnya, dia melantik Badan Pengurus Pemuda Katolik Komisariat Cabang Boven Digoel periode 2021-2023 di Tanah Merah, Rabu (3/11/2021), usai Musyawarah Komisariat Cabang (Muskomcab) II hingga Martinus Mindin terpilih sebagai Ketua Pemuda Katolik Komisariat Cabang Boven Digoel periode 2021-2023, Sabtu (30/10/2021).

Menurut Alfonsa, Pemuda Katolik merupakan tempat bagi setiap individu dari berbagai lapisan sosial-masyarakat. Oleh sebab itu, dirinya mengajak para pemuda dalam organisasi ini, untuk menyimak dinamika organisasi yang terus berkembang.

Bahwasannya pergolakan arus krisis sosial sampai pada tingkat yang mengancam kehidupan di atas bumi ini. Krisis itu muncul dari tatanan global hingga ke pelosok kabupaten/kota di Tanah Papua.

“Bisa kita lihat dan rasakan, terjadi ketidakadilan, pelanggaran HAM yang tak pernah ada ujung penyelesaiannya,” katanya.

Di satu sisi, lanjut perempuan yang bekerja sebagai jurnalis ini, eksploitasi sumber daya alam terus dilakukan atas nama investasi. Hutan masyarakat adat Papua sebagai sumber kehidupan seakan tiada harapan. Mereka terus menjadi korban di atas negerinya.

“Itu yang hari-hari ini banyak dialami oleh berbagai kelompok sosial dan masyarakat adat,” ujarnya.

Alfonsa menegaskan kepada pengurus yang baru dilantik, agar memiliki sikap kritis, skeptis, realistis, dan logis terhadap situasi sosial yang terjadi di lingkup kehidupan bermasyarakat demi Bonum Commune (kepentingan bersama).

“Untuk itu, saya mengajak Pemuda Katolik untuk membangun sikap dan cara berpikir kritis tapi juga harus logis. Misalnya, saat rapat kerja cabang (rakercab). Apa saja yang direncanakan di setiap bidang. Minimal satu dua program bisa berjalan,” katanya.

Dia juga menegaskan agar program-program kerja Pemuda Katolik harus realistis dan tepat sasaran. Meski demikian, setiap program kerja didukung para pemangku kepentingan.

Sebagai wadah kaderisasi bagi pemuda, Pemuda Katolik, lanjutnya, merupakan tempat untuk belajar bersama dan menempa diri.

“Ritme pengembangan organisasi terus berkembang secara dinamis. Namun, tidak melupakan semangat Santo Pelindung Pemuda Katolik, Santo Yohanes Berchmans. Ia sangat tekun mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya, dengan spirit kebijaksanaan dalam kesetiaan kepada perkara-perkara kecil,” ujarnya.

Wakil Bupati Boven Digoel, Lexi Romel Wagiu, mengharapkan agar pemuda Katolik bisa memberikan teladan dalam berbagai bentuk kegiatan di setiap bidang-bidang kerja. Pemuda Katolik juga diharapkan bisa memberikan kesan yang bisa diteladani sebagai harga diri bagi mayoritas orang Katolik di Boven Digoel.

“Kedepannya, Pemuda Katolik tidak berjalan sendiri. Tetapi, harus bisa bersinergitas. Dimulai dari pemerintah, swasta, tokoh agama, TNI-Polri, lintas organisasi kemasyarakatan yang ada di Boven Digoel,” katanya.

Pastor Alfius Buarlele, OSA, Vikep Paroki Mindiptana, Keuskupan Agung Merauke dalam kotbah misa perutusan meminta organisasi ini memiliki anak rantingnya di distrik-distrik di Boven Digoel.

“Banyak pemuda di distrik yang mesti dirangkul dan dilibatkan dengan semangat Pro Bono Publico,” katanya.

Baca juga: Pemuda Katolik Papua diminta kembangkan potensi diri

Pastor Paroki Hati Kudus Tanah Merah ini menyampaikan lima pesan Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Mandaigi, MSC. Kelima hal itu, di antaranya:

Pertama, sebagai umat Katolik juga calon pemimpin atau mereka yang telah menjadi pemimpin, hendaknya berdisiplin, baik disiplin diri, organisasi dan hidup menggereja, maupun dalam hidup bermasyarakat.

Kedua, harus bersih diri, kebersihan lingkungan di lingkup tempat tinggal kita juga penting sekali. Harus bersih diri, kebersihan lingkungan.

Ketiga, soal hijau, penghijauan.  Membuat lingkungan kita hijau dengan menanam supaya pohon jangan terlihat kering.

Keempat, soal hidup yang harmonis, damai, bersih, dan damai. Hijau dan ini menjadi gerakan bersama di Keuskupan Agung Merauke. Dan ini juga  harus menjadi bagian dalam diri Pemuda Katolik.

Mengembangkan watak Kekristenan, sebagai tanggung jawab kepada gereja. Pemuda Katolik dituntut untuk terlibat aktif dalam persoalan sosial kemasyarakatan Pemuda Katolik hadir di sana. Dengan terus menjunjung yang namanya Ajaran Sosial Gereja.

Aksi yang membangun. Mendorong dialog karya dengan kelompok pemuda lainnya. Pemuda Katolik tidak eksklusif, tetapi memnbagun dialog dengan pemuda Islam, Kristen, dan lintas agama sehingga terjadi kerukunan.

Tokoh masyarakat Boven Digoel, Xaverius Songmen, mengatakan perlu adanya pelatihan kepemimpinan. Melalui pelatihan-pelatihan, kualitas kepemimpinan pemuda dapat diasah.

“Entah itu menjadi bapak keluarga atau ibu keluarga dalam lingkup kemasyarakatan. Dia sudah ada isi untuk memperoleh tanggung jawab. Sebab tanggung jawab untuk melanjutkan gereja dan bangsa ada pada peran pemuda hari ini dan akan datang,” katanya. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Baca Juga

Berita dari Pasifik

Loading...
;

Sign up for our Newsletter

Dapatkan update berita terbaru dari Tabloid Jubi.

Trending

Terkini

JUBI TV

Rekomendasi

Follow Us