Papuan Voices melatih perempuan GIDI membuat film dokumenter

Papuan Voices melatih perempuan GIDI membuat film dokumenter 1 i Papua
Foto ilustrasi, pembuatan video dengan gawai telepon cerdas. - pixabay.com
Papuan Voices melatih perempuan GIDI membuat film dokumenter 2 i Papua
Foto ilustrasi, pembuatan video dengan gawai telepon cerdas. – pixabay.com

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Komunitas pembuat film dokumenter Papuan Voices melatih para pengurus dan pegiat Departemen Perempuan Sinode Gereja Injili di Indonesia atau GIDI membuat film dokumenter. Pelatihan yang dilakukan di Jayapura pada 13-15 Februari 2020 itu juga melibatkan para aktivis perempuan dari sejumlah sinode gereja lainnya.

Read More

Ketua Departemen Perempuan Sinode GIDI, Rode Wanimbo mengatakan pelatihan itu memberikan bekal bagi para aktivis perempuan GIDI untuk mendokumentasikan berbagai pelayanan gereja. “Kami belajar [bagaimana cara] membuat dokumenter. Dengan [keterampilan itu] kami mau mengangkat kisah dan cerita inspiratif para Mama-mama Papua di kampung, mulai dari tingkat jemaat, klasis, hingga wilayah,” kata Rode pada Sabtu (15/2/2020).

Wanimbo menuturkan selama ini banyak kegiatan Departemen Perempuan GIDI yang tidak terdokumentasi. “Kegiatan mereka seperti tidak dihargai dan tidak didokumentasikan. [Padahal] dokumentasi [kegiatan Departemen Perempuan GIDI] dapat memberikan penyadaran kepada generasi perempuan GIDI yang [lebih] muda,” ucapnya.

Wanimbo menilai keterampilan membuat film dokumenter penting, karena film merupakan media dokumentasi yang paling mudah menjangkau masyarakat luas. “Kadang, kalau lihat langsung lewat film itu kesadaran [untuk ikut berbuat] lebih cepat terbangun. Kebudayaan Papua sangat patriarki, di gereja yang banyak terlihat adalah para Bapak. Mama-mama juga melakukan pelayanan, tetapi tidak pernah terlihat, tidak terekspose,” kata Wanimbo.

Ia berharap para peserta pelatihan itu nantinya mampu membuat film dokumenter tentang kampung mereka. “Mereka yang ikut pelatihan itu harus sadar bahwa mereka punya kemampuan, potensi, dan kemauan untuk belajar. Setelah mengikuti pelatihan itu, mereka bisa mengingat sosok Mama-mama, bapak, kakak, atau pengijil di kampung masing-masing, dan mencoba untuk membuat film tentang mereka,” ucap Wanimbo.

Wanimbo menyebut selain diikuti para pengurus dan aktivis perempuan GIDI, pelatihan pembuatan film dokumenter itu juga diikuti para aktivis Sinode Gereja Baptis. “Kami rasa sekarang saatnya kami berbagi ilmu, dan kita mau saling membagun, baik itu kami di [Sinode] GIDI, Baptis dan Kingmi. Kerja sama itu sangat penting,” tutur Wanimbo.

Koordinator Papuan Voices, Bernard Koten selaku pemateri mengatakan pelatihan tiga hari itu berfokus kepada materi pengetahuan dasar bagaimana membuat film dokumenter pendek. “[Materinya termasuk] bagaimana membuat cerita, pentingnya sebuah dokumentasi, jenis-jenis pengambilan gambar, hingga proses editing. [Peserta juga mempelajari] aplikasi yang [bisa] digunakan [dalam proses editing] hingga menjadi sebuah film yang bagus,” jelas Bernard Koten.

Pelatihan itu juga mendorong para peserta pelatihan mengusulkan cerita yang layak dijadikan film dokumenter. “Kami sangat senang sekali, karena [ada] banyak cerita yang diangkat di dalam pelatihan ini, terkumpul sembilan cerita. Kami juga tidak tahu apakah semua cerita itu dieksekusi [menjadi film dokumenter atau tidak],” ucapnya.

Bernard berharap para peserta pelatihan akan bersemangat membuat film dokumenter. “Dengan apa yang ada sudah bisa menghasil [dokumentasi] video audio. Jemaat GIDI sedang berbenah untuk maju ke arah yang lebih baik, dan mengajak masyarakat Papua untuk ikut berbenah,” ucapnya.(*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Related posts

Leave a Reply