Papua No. 1 News Portal | Jubi
Wamena, Jubi – Usai menyerang dan membunuh prajurit Marinir TNI AL di Kenyam, ibu kota Kabupaten Nduga, Papua, Pangglima Komando Daerah Pertahanan III Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau Kodap III TPNPB, Egianus Kogoya menyatakan penolakannya atas gagasan dialog yang dilontarkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM RI. Hal itu dinyatakan juru bicara TPNPB, Sebby Sambom pada Senin (28/3/2022).
Sambom menjelaskan Egianus Kogoya telah mengirimkan pernyataan resminya tentang penyerangan pos Marinir di Kenyam pada Sabtu (26/3/2022) lalu kepada Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB. “Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB telah terima pernyataan resmi pimpinan TPNPB Kodap III,” kata Sambom.
Menurut Sambom, pernyataan resmi Kogoya itu terdiri dari lima poin. Poin keempat dari pernyataan resmi Egianus Kogoya itu menyatakan bahwa lontaran dialog dari Komnas HAM RI itu merupakan tipu daya pemerintah Indonesia.
Baca juga: Ini kronologi dua anggota Marinir diserang milisi Papua
Kogoya menyatakan dialog antara pemerintah Indonesia dan para pemangku kepentingan di Papua seharusnya berupa dialog yang dimediasi oleh pihak ketiga, yang independen, dan dialog itu tidak bisa dimediasi Komnas HAM RI. “Kami minta harus ada pihak ketiga yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa,” ujar Sambom.
Sambom menjelaskan bahwa Kogoya menilai TPNPB tidak membutuhkan campur tangan Komnas HAM RI untuk menyelesaikan konflik Papua. Komnas HAM RI dinilai sebagai bagian dari pemerintah Indonesia, sehingga tidak independen terhadap kepentingan pemerintah Indonesia.
“Kami minta Perserikatan Bangsa-Bangsa melakukan intervensi [melalui] Dewan Keamanan PBB. Kejahatan kemanusiaan oleh pemerintah kolonial Indonesia terhadap Orang Asli Papua semakin nyata,” kata Sambom.
Menurutnya, dalam pernyataan resmi itu Egianus Kogoya juga mengakui kelompoknya menyerang pos Marinir di Kenyam. Kogoya juga menyatakan siap bertanggung jawab atas penembakan yang terjadi di ujung bandara Kenyam, belakang Kantor Dinas Perikanan Kabupaten Nduga itu.
Kogoya menyebut pihaknya tidak akan berkompromi terhadap siapapun, termasuk keluarganya sendiri, jika terlibat program dan proyek pembangunan pemerintah Indonesia di Nduga, dari Danau Habema hingga pelabuhan Mamugu dan Batas Batu. Semua orang yang terlibat membantu pihak Indonesia akan dianggap sebagai musuh kelompok Kogoya.
Baca juga: TPNPB bertanggung jawab atas penembakan prajurit marinir di Nduga
Kogoya juga meminta pemerintah Indonesia tidak menutupi perjuangan bersenjata yang dilakukan TPNPB di Papua. Kogoya mendesak pemerintah membuka akses bagi komunitas internasional untuk mengunjungi Papua. “Pemerintah kolonial Republik Indonesia segera buka akses jurnalis internasional dan tim pencari fakta ke tanah papua,” kata Sambom, menjelaskan pernyataan sikap Kogoya itu.
Sejumlah dua prajurit Marinir TNI tewas dalam kontak senjata dengan kelompok Egianus Kogoya di pos militer Satgas Mupe, Batalion Infantri Marinir-33 di Kabupaten Nduga, Papua pada Sabtu (26/3/2022). CNNIndonesia.com melansir pernyataan Wakapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Candra Kurniawan yang mengkonfirmasi informasi tersebut.
Kedua prajurit TNI yang tewas itu adalah Letda Mar Moh Iqbal dan Pratu Mar Wilson Anderson. Pada Minggu (27/3/2022), jenazah keduanya telah dievakuasi ke Timika, ibu kota Kabupaten Mimika. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G